Jogja siang ini begitu terik, rasa-rasanya kulit ini
seperti dijilat oleh matahari. Hari ini adalah hari Minggu tepat tanggal 1 Mei
2016. Saya janjian dengan kekasih hati saya untuk bertemu, harusnya pertemuan ini
terjadi malam Minggu, tapi dikarenakan saya harus menghadiri rapat takmir
masjid di dusun maka pertemuan ini mundur 12 jam. Tak apalah.
Kami merencanakan untuk bertemu di sekitar bilangan
Patuk Gunung Kidul, Pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan kedeketan
lokasi dengan rumah dia. Awalnya kami menyepakati untuk bersua di Bukit Bintang
Hargodumilah yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jogja. Tapi setelah
dipikir-pikir kurang asyik juga ngobrol berdua di tempat itu pada siang hari.
Ceritanya akan berbeda jikalau bertemu malam hari di tempat itu. Saya yakin
romantis.
Atas dasar beberapa alasan dan pertimbangan tersebut,
kami sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi di sekitar kaki gunung api
purba Nglanggeran. Tepat pukul 2 siang sepeda motor saya pacu menuju
Nglanggeran. Beberapa kali di sepanjang jalan Wonosari saya mendapati
gerombolan supporter tim sepakbola yang awalnya saya kira rombongan buruh yang
sedang memperingati MayDay. Tapi dugaan saya salah.
Setelah memacu kendaraan selama kurang lebih 45 menit
dari Bantul. Sampai lah di sebuah kedai kopi yang bernama Kopilimo. Kedai ini
berada di kiri jalan utama menuju
Nglanggeran. Tepatnya di Pedukuhan Sumber Tetes, Patuk, Gunung Kidul.
Kedai Kopilimo ini tepat berada di kaki gunung api purba Nglanggeran. Di lokasi
Nampak lengang, pacar saya sudah menunggu dengan senyuman manisnya di salah
satu sudut kedai. Di sudut yang lain Nampak pria paruh baya yang sedang asyik
dengan gawainya. Di tengah-tengah kedai terdengar gemericik air dari sebuah kolam
ikan.
Bangunan Kedailimo ini berdiri sejak 5 November 2015,
dengan konstruksi bambu yang begitu dominan mulai dari kerangka bangunan, atap,
gazebo, meja dan kursi. Untuk lantainya
merupakan perbaduan dari batu putih dan
rumput. Asyik sekali bukan, jika kalian ingin bermain tenis meja pun bisa.
Nampak sebuah papan tenis meja beserta peralatan bermainnya di depan kedai. Di
belakang kedai kelihatannya ada proyek pembangunan homestay yang hampir selesai. Mungkin homestay ini digunakan untuk memfasilitasi para wisatawan yang
berkunjung ke Nglanggeran.
Saya akhirnya memesan menu andalan di kedai ini yaitu
Kopilimo seperti anjuran dari pacar saya yang pernah kesini sekali sebelumnya
dan untuk camilannya, singkong goreng
krispi menjadi pilihan. Sembari menunggu pesanan saya melemparkan pandangan
keseluruh penjuru kedai. Enak sekali suasananya. Nyaman, batin saya. Sesekali
memandangi Dik pacar yang sedang asyik berselancar di dunia maya.
Pesanan saya datang. Kopilimo ini disajikan
menggunakan cangkir yang berasal dari gerabah. Ketika pesanan ini datang bau
tanah yang terkena air hujan ikut menyeruak. Wangi ini berasal dari cangkir
gerabah yang terkena air hangat. Wangi sekali. Tutupnya pun sama, dari olahan
tanah liat yang dibakar.
Untuk Kopilimo sendiri saya susah untuk menggali
informasi lebih mendalam karena racikannya merupakan rahasia perusahaan. Begitu
kira-kira jawaban dari salah satu karyawan di kedai itu. Tapi saya tak patah
arang, saya mencoba menerka lewat
cecapan pertama. Saya menyimpulkan ini merupakan perpaduan dari kopi
jenis arabika yang disajikan dengan campuran rempah. Karena pada seruputan kali
pertama aroma jahe dan kayu manis seakan mencuri-curi perhatian. Perpaduan
tersebut memberikan kehangatan tersendiri ditenggorokan. Nyaman, bagi saya yang
kurang menyukai kopi.
Dari segi harga, secangkir Kopilimo ini dihargai
dengan nominal tujuhribu rupiah, dan sepiring singkong goring ditebus dengan
harga duabelas ribu rupiah. Sangat
terjangkau dan pas untuk dompet. Suasananya pun mendukung untuk mengobrol
ngalor-ngidul sembari menikmati suasana khas lereng gunung api purba dengan
iringan gemericik air dari kolam ikan. Sungguh sangat pas bagi kami berdua yang
sedang beradu rembuk terkait kelanjutan hubungan kedepannya. Maklum kami sudah
pacaran selama 5 tahun.