Selasa, 19 Februari 2013

JEPANG : MASA AWAL PENGARUH KEBUDAYAAN CINA

  1. PENDAHULUAN
Agama Buddha yang awalnya berkembang di wilayah Asia Selatan, khususnya India yang kemudian menyebar di Asia Timur dan sebelah utara.1 Agama Budha menawarkan kepada para penganutnya sebuah filosofi yang sederhana yaitu suatu konsep melepaskan diri dari sansara . Hal ini dapat diartikan sebagai sebuah kesempatan untuk mencapai keselamatan diri secara pribadi : artinya lepas dari lingkaran lahir dan dilahirkan kembali kedalam dunia yang penuh dengan kesengsaraan, dengan metode horizontal menggunakan doa dan mendalami kitab suci. Tujuan yang paling dekat adalah membebaskan diri dari kesibukan memikirkan kepentingan pribadi diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan meninggalkan kenikmatan di dunia, dan dengan demikian dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik didalam kesederhanaan, bersemedi dalam keheningan biara.
Agama Buddha yang hadir di Cina kemudia seiring berjalannya waktu juga menyebar di Jepang. Agama tersebut telah mengalami perkembangan ketika tiba di Jepang. Aliran-aliran baru bermunculan dan masing-masing aliran menekankan bentuk dasar sebuah pengabdian atau sebagai hasil dari sebuah reduksi dari bagian-bagian tertentu kitab suci Buddha.
Dari segi tempat beribadah, agama Buddha memilki perbedaan dari berbagai macam sisi dan asal usul penjelmaan Sang Budha, dewa-dewa pejangga dan resi-resi yang kadang diambil dari ajaran agama lain. Penyebab atau berbagai macam alasan yang mendorong orang untuk memeluk juga telah mengalami perubahan. Hal itu setidaknya terlihat di Cina. Agama Buddha menjadi bagian dari kebudayaan Cina, karena itu agama Buddha menjadi perlambang kebudayaan dan tanda penasbihan menjadi elite internasional dengan Cina sebagai fokusnya.

2. PEMBAHASAN
-Agama Buddha Dan Shinto-
Tahun 552 Masehi, Raja Raekche2 mengirim seorang bikshu Buddha ke Jepang, dengan membawa patung Budha dan beberapa buah kitab suciBuddha, untuk menyebarkan agama Buddha kepada orang-orang Jepang. Ketika usul inidisampaikan kepda pejabat-pejabat istana menimbulkan pro dan kontra. Keluarga imigran Soga,yang mempercayai bahwa misi luhur itu akan diterima, baik dari Cina sendiri maupun dengan alasan bahwa Jepang sendiri akan menerima Buddha sebagai agama. Keluarga Mononobe dan Nakatomi hadir sebagai golongan yang ingin menjaga eksistensi nilai-nilai keagamaan tradisional masyarakat agraris Jepang tidak menyetujui usulan itu dengan alasan bahwa mereka tidak akan rela jika ajaran itu dibawa keseberang lautan dalam hal ini diartikan sebagai Jepang.
Dibawah pemerintahan pangeran Shotoko3 Agama Buddha berkembang seiring dengan pembarharuan yang dilakukan dibidang lembaga politik dan agama. Klentheng dan biara dibangun menggunkan arsitek Korea, seniman pahat Korea dan Cina. Bersamaan dengan kebijakan agama Buddha terus menyebar di Jepang. Sebagian besar para tokoh yang menyebarkan datang dari Cina. Selain itu, semua kebijakan – kebijakan yang dilakukan di Jepang harus disesuiakan dengan peraturan di Cina. Sedangkan sekte-sekte yang berdiri di Jepang semuanya berasal dari Cina.
Disini telihat jelas bahwa Cina memilki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan agama Buddha di Jepang. Hal ini juga hampir sama dengan pengaru Cina dalam lembaga-lembaga politik yang tumbuh di Jepang. Agama Buddha dan Shinto yang berkembang di Jepang memilki perbedaan yang jelas dalam hal ajaran maupun pengamalan keagamaan tersebut. Hal itu membuat kedua agama tesebut dapat hidup damai dan berdampingan. Didalam istana kerukunan kedua agama tersebut tercermin dalam tindakan raja yang membangun sebuah biara Buddha untuk digunakan secara pribadi , tetapi disis lain raja juga mengikuti upacara keagamaan agama Shinto pada waktu-waktu tertentu, misalnya musim panen dan musim tanam.
Sedangkan hubungan agama Budhha dengan lingkungan di luar sekup Ibukota berkembang secara berbeda. Kuil Buddha dibangun secara berdampingan dengan tempat ibadah orang-orang yang beragama Shinto. Dengan cara ini terlihat bahwa Agama Budha hadir sebagai mitra pembimbing yang menyerupai simbiosis mutualisme antara 2 Agama. Walaupun dari segi hukum agama tersebut memilki perbedaan yang sangat mencolok, tetapi alam lingkungan atau aplikasi yang secara tidak resmi pembedaan agama Buddha dan Shinto cenderung bias.
-Utusan Pengantar Upeti dan Ilmu Pengetahuan Cina-
Seiring berjalannya waktu munculnya keinginan untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan dari Cina yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan di daerah Jepang, mendorong dikirimnya utusan-utusan tertentu ke Cina. Mobilisasi utusan Jepang ke China dari masa ke masa ,menglami peningkatan. Hal itu dikarenakan bahwa utusan utusan tersebut memilki kedudukan pretise yang lebih tinggi. Ini juga terlihat pada bukti bahwa pelayaran tetap dilaksanakan walaupun resiko dan bahaya dilaut sangat tinggi. Sebagian besar yang mengikuti pelayaran adalah awak kapal dan pengawal yang notabene bukan orang penting dalam penyebaran ilmu pengetahuan Cina ke Jepang. Tetapi dalam skala kecil ada kelompok yang terpilih untuk belajar kasusasteraan yang didampingi oleh pejabat tinggi lainnya seperti penasihat dan penerjemah bahasa Cina dan Korea, Tabib, dan ahli seni rupa. Para Utusan itu juga membawa upeti sebagai cinderamata dari Jepang. Pemerintah Cinapun memberikan timbl balik juga berupa cinderamata yang bisa dibawa ke Jepang.
Dalam kunjungan mereka ke Cina secara resmi hanya semacam hubungan diplomatik , bukan secara khusus untuk menimba ilmu pengetahuan , meski beberapa utusan mereka mempelajari ilmu pengetahuan di Cina. Di sisi lain ketika Agama Buddha mulai nyaman berkembang, ajaran konfusianisme kemudian dengan mudah diterima sebagi sebuah ajaran filsafat dan moral yang membawa pengikutnya kearah kebaikan. Ajaran konfusianisme mengajarkan bahwa masyarakat mencerminkan hubungan surga dan Dunia, bahwa perilaku yang luhur didorong sebagai balancing instrument antara keduanya.
Hadirnya universitas Nara di Jepang, menjadi media para mahasiswa Jepang untuk belajar matematika.astronomi,pengairan,pengobatan dan berbagai ilmu pengetahuan lain.
-Kasusasteraan dan Kesenian-
Penggunaan huruf Cina untuk menulis teks dalam bahasa Jepang dimulai jauh di masa lalau, hal itu sangat mempengaruhi perkembangan bahasa Jepang. Bahasa Jepang yang bersuku banyak sangat sulit digabungkan dengan bahasa Cina yang bersuku tunggal. Pada abad ke-10 Masehi, keadaan agak lebih baik karena di Jepang telah ada pengembangan fonetik dari bentuk kursif deograf tertentu yang dapat digunakan sebagi pengganti deograf untuk menunjukan berbagai fungsi yang bermacam-macam. Di sini terlihat betapa kentalnya pengaruh Cina dalam kasusasteraan Jepang. Pihak-pihak birokrat istana mulai membuat syair untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk kumpulan sajak.
Dalam segi seni sebagiam besar berbentuk seni patung, awalnya adalah karya imigran atau para keturunannya. Hal ini kadang-kadang membuat sulit untuk mebedakan karya yang dibuat penduduk Jepang dan karya yang dibuat diluar Jepang. Banyaknya Patung perunggu yang dibuat oleh para imigran menunjukan kentalnya pengaruh korea. Sedangkan dengan kasus patung yang mampu bertahan lama. Dari segi lukisan Jepang juga mendapatkan pengaruh dari Cina . Lukisan-lukisan yang biasanya mendapat inspirasi dari Cina dan Korea terpajang di dinding biara. Biasanya bermotif tema –tema Buddha.
Sumber :
Beasly,W G, Pengalaman Jepang :sejarah singkat Jepang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003
1 Hal yang tersebut diatas merujuk pada daerah Mongolia, China, Korea dan Jepang.

2 Sebagai contoh terlihat pada bentuk-bentuk lahiriah yang melukiskan sejarah dan perkembangan mitos sang Buddha. Adanya BodiSatwa yang diceritakan hampir menjadi Buddha kemudian menangguhkannya agar dapat menyelamatkan orang lain

3 Pangeran Shotoko adalah penganut agama Buddha , dia munculsebagai wali dari ratu Soiko, jabatan yang diberikan kepadanya pada tahun 593 Masehi. Ketika Ia berusia 20 tahun . Ia mengabdikan dirinya hampir 30 tahun untuk pengembangan pemikiran dan tatakelembagaan Cina di Jepang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar