- PENDAHULUAN
Agama Buddha yang
awalnya berkembang di wilayah Asia Selatan, khususnya India yang
kemudian menyebar di Asia Timur dan sebelah utara.1
Agama Budha menawarkan kepada para penganutnya sebuah filosofi yang
sederhana yaitu suatu konsep melepaskan diri dari sansara
.
Hal ini dapat diartikan sebagai sebuah kesempatan untuk mencapai
keselamatan diri secara pribadi : artinya lepas dari lingkaran lahir
dan dilahirkan kembali kedalam dunia yang penuh dengan kesengsaraan,
dengan metode horizontal menggunakan doa dan mendalami kitab suci.
Tujuan yang paling dekat adalah membebaskan diri dari kesibukan
memikirkan kepentingan pribadi diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan
meninggalkan kenikmatan di dunia, dan dengan demikian dapat
menjalankan kehidupan yang lebih baik didalam kesederhanaan,
bersemedi dalam keheningan biara.
Agama Buddha yang
hadir di Cina kemudia seiring berjalannya waktu juga menyebar di
Jepang. Agama tersebut telah mengalami perkembangan ketika tiba di
Jepang. Aliran-aliran baru bermunculan dan masing-masing aliran
menekankan bentuk dasar sebuah pengabdian atau sebagai hasil dari
sebuah reduksi dari bagian-bagian tertentu kitab suci Buddha.
Dari segi tempat
beribadah, agama Buddha memilki perbedaan dari berbagai macam sisi
dan asal usul penjelmaan Sang Budha, dewa-dewa pejangga dan resi-resi
yang kadang diambil dari ajaran agama lain. Penyebab atau berbagai
macam alasan yang mendorong orang untuk memeluk juga telah mengalami
perubahan. Hal itu setidaknya terlihat di Cina. Agama Buddha menjadi
bagian dari kebudayaan Cina, karena itu agama Buddha menjadi
perlambang kebudayaan dan tanda penasbihan menjadi elite
internasional dengan Cina sebagai fokusnya.
2.
PEMBAHASAN
-Agama
Buddha Dan Shinto-
Tahun
552 Masehi, Raja Raekche2
mengirim seorang bikshu Buddha ke Jepang, dengan membawa patung Budha
dan beberapa buah kitab suciBuddha, untuk menyebarkan agama Buddha
kepada orang-orang Jepang. Ketika usul inidisampaikan kepda
pejabat-pejabat istana menimbulkan pro dan kontra. Keluarga imigran
Soga,yang mempercayai bahwa misi luhur itu akan diterima, baik dari
Cina sendiri maupun dengan alasan bahwa Jepang sendiri akan menerima
Buddha sebagai agama. Keluarga Mononobe dan Nakatomi hadir sebagai
golongan yang ingin menjaga eksistensi nilai-nilai keagamaan
tradisional masyarakat agraris Jepang tidak menyetujui usulan itu
dengan alasan bahwa mereka tidak akan rela jika ajaran itu dibawa
keseberang lautan dalam hal ini diartikan sebagai Jepang.
Dibawah
pemerintahan pangeran Shotoko3
Agama Buddha berkembang seiring dengan pembarharuan yang dilakukan
dibidang lembaga politik dan agama. Klentheng dan biara dibangun
menggunkan arsitek Korea, seniman pahat Korea dan Cina. Bersamaan
dengan kebijakan agama Buddha terus menyebar di Jepang. Sebagian
besar para tokoh yang menyebarkan datang dari Cina. Selain itu, semua
kebijakan – kebijakan yang dilakukan di Jepang harus disesuiakan
dengan peraturan di Cina. Sedangkan sekte-sekte yang berdiri di
Jepang semuanya berasal dari Cina.
Disini
telihat jelas bahwa Cina memilki pengaruh yang sangat kuat terhadap
perkembangan agama Buddha di Jepang. Hal ini juga hampir sama dengan
pengaru Cina dalam lembaga-lembaga politik yang tumbuh di Jepang.
Agama Buddha dan Shinto yang berkembang di Jepang memilki perbedaan
yang jelas dalam hal ajaran maupun pengamalan keagamaan tersebut. Hal
itu membuat kedua agama tesebut dapat hidup damai dan berdampingan.
Didalam istana kerukunan kedua agama tersebut tercermin dalam
tindakan raja yang membangun sebuah biara Buddha untuk digunakan
secara pribadi , tetapi disis lain raja juga mengikuti upacara
keagamaan agama Shinto pada waktu-waktu tertentu, misalnya musim
panen dan musim tanam.
Sedangkan
hubungan agama Budhha dengan lingkungan di luar sekup Ibukota
berkembang secara berbeda. Kuil Buddha dibangun secara berdampingan
dengan tempat ibadah orang-orang yang beragama Shinto. Dengan cara
ini terlihat bahwa Agama Budha hadir sebagai mitra pembimbing yang
menyerupai simbiosis mutualisme antara 2 Agama. Walaupun dari segi
hukum agama tersebut memilki perbedaan yang sangat mencolok, tetapi
alam lingkungan atau aplikasi yang secara tidak resmi pembedaan agama
Buddha dan Shinto cenderung bias.
-Utusan
Pengantar Upeti dan Ilmu Pengetahuan Cina-
Seiring
berjalannya waktu munculnya keinginan untuk mencari tambahan ilmu
pengetahuan dari Cina yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan di
daerah Jepang, mendorong dikirimnya utusan-utusan tertentu ke Cina.
Mobilisasi utusan Jepang ke China dari masa ke masa ,menglami
peningkatan. Hal itu dikarenakan bahwa utusan utusan tersebut memilki
kedudukan pretise yang lebih tinggi. Ini juga terlihat pada bukti
bahwa pelayaran tetap dilaksanakan walaupun resiko dan bahaya dilaut
sangat tinggi. Sebagian besar yang mengikuti pelayaran adalah awak
kapal dan pengawal yang notabene bukan orang penting dalam penyebaran
ilmu pengetahuan Cina ke Jepang. Tetapi dalam skala kecil ada
kelompok yang terpilih untuk belajar kasusasteraan yang didampingi
oleh pejabat tinggi lainnya seperti penasihat dan penerjemah bahasa
Cina dan Korea, Tabib, dan ahli seni rupa. Para Utusan itu juga
membawa upeti sebagai cinderamata dari Jepang. Pemerintah Cinapun
memberikan timbl balik juga berupa cinderamata yang bisa dibawa ke
Jepang.
Dalam
kunjungan mereka ke Cina secara resmi hanya semacam hubungan
diplomatik , bukan secara khusus untuk menimba ilmu pengetahuan ,
meski beberapa utusan mereka mempelajari ilmu pengetahuan di Cina. Di
sisi lain ketika Agama Buddha mulai nyaman berkembang, ajaran
konfusianisme kemudian dengan mudah diterima sebagi sebuah ajaran
filsafat dan moral yang membawa pengikutnya kearah kebaikan. Ajaran
konfusianisme mengajarkan bahwa masyarakat mencerminkan hubungan
surga dan Dunia, bahwa perilaku yang luhur didorong sebagai balancing
instrument antara keduanya.
Hadirnya
universitas Nara di Jepang, menjadi media para mahasiswa Jepang untuk
belajar matematika.astronomi,pengairan,pengobatan dan berbagai ilmu
pengetahuan lain.
-Kasusasteraan
dan Kesenian-
Penggunaan
huruf Cina untuk menulis teks dalam bahasa Jepang dimulai jauh di
masa lalau, hal itu sangat mempengaruhi perkembangan bahasa Jepang.
Bahasa Jepang yang bersuku banyak sangat sulit digabungkan dengan
bahasa Cina yang bersuku tunggal. Pada abad ke-10 Masehi, keadaan
agak lebih baik karena di Jepang telah ada pengembangan fonetik dari
bentuk kursif deograf tertentu yang dapat digunakan sebagi
pengganti deograf untuk menunjukan berbagai fungsi yang
bermacam-macam. Di sini terlihat betapa kentalnya pengaruh Cina dalam
kasusasteraan Jepang. Pihak-pihak birokrat istana mulai membuat syair
untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk kumpulan sajak.
Dalam
segi seni sebagiam besar berbentuk seni patung, awalnya adalah karya
imigran atau para keturunannya. Hal ini kadang-kadang membuat sulit
untuk mebedakan karya yang dibuat penduduk Jepang dan karya yang
dibuat diluar Jepang. Banyaknya Patung perunggu yang dibuat oleh para
imigran menunjukan kentalnya pengaruh korea. Sedangkan dengan kasus
patung yang mampu bertahan lama. Dari segi lukisan Jepang juga
mendapatkan pengaruh dari Cina . Lukisan-lukisan yang biasanya
mendapat inspirasi dari Cina dan Korea terpajang di dinding biara.
Biasanya bermotif tema –tema Buddha.
Sumber :
Beasly,W
G, Pengalaman
Jepang :sejarah singkat Jepang, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003
1 Hal
yang tersebut diatas merujuk pada daerah Mongolia, China, Korea dan
Jepang.
2
Sebagai contoh
terlihat pada bentuk-bentuk lahiriah yang melukiskan sejarah dan
perkembangan mitos sang Buddha. Adanya BodiSatwa yang diceritakan
hampir menjadi Buddha kemudian menangguhkannya agar dapat
menyelamatkan orang lain
3
Pangeran Shotoko adalah penganut agama Buddha , dia munculsebagai
wali dari ratu Soiko, jabatan yang diberikan kepadanya pada tahun
593 Masehi. Ketika Ia berusia 20 tahun . Ia mengabdikan dirinya
hampir 30 tahun untuk pengembangan pemikiran dan tatakelembagaan
Cina di Jepang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar