Tulisan ini bukan akan bercerita
tentang heroisme Wiji Thukul dalam
bermain sepak bola. Karena sejauh pengetahuan saya, belum ada arsip maupun
catatan yang didalam tertuang mengenai hal itu. Eits, sebelum saya bercerita
lebih jauh, apakah saudara-saudara mengenal Wiji Thukul? Yang jelas beliau
bukan saudara Thukul Arwana yang menjadi
comedian popular di negeri ini, walaupun memakai nama branding sama-sama
Thukul.
Oke, Saya akan sedikit bercerita tentang siapa
itu wiji Thukul. Pengetahuan ini saya dapatkan beberapa bulan yang lalu melalui
majalah Tempo. Wiji Thukul adalah
seorang penyair yang besar di Solo Jawa Tengah. Dia adalah seorang aktivis
kritis yang gemar mengkritik rezim Orde Baru melalui puisi-puisinya dengan nada
keras dan begitu menggelora. Dan inilah salah satu kutipan yang pernah dia
gaungkan lewat tulisannya “ Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan disana
bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diam aku siapkan untukmu :
PEMBERONTAKAN ! “ Kalau kamu tak percaya dan kurang puas coba kamu berselancar
di google dengan kata kunci Wiji Thukul.
Melalui
tulisan-tulisan dia yang begitu frontal, akhirnya Wiji Thukul menjadi DPO para
jendral dari Jakarta. Wiji Thukul melalui puisinya dituding telah menghasut
para aktivis untuk melawan rezim Orde Baru. Akhirnya pada suatu siang di Bulan
Agustus 1998, Wiji Thukul pamit kepada istrinya untuk bersembunyi dan sampai
sekarang tidak diketahui kabarnya lagi. Banyak yang menduga bahwa dia menjadi
korban penculikan dan pembunuhan menjelang SU MPR 1998. Sekedar FYI aja, hari
ini 26 Agustus 2013 merupakan ulang tahun Wiji Thukul yang ke 50.
Lalu
apa kaitannya dengan dengan sepakbola Indonesia? Tidak ada? Tunggu dulu. Masih
ingat dengan kasus 11 pemain PSMS Medan yang tak digaji berbulan bulan kemudian
mengadukan nasibnya ke PSSI ? Bahkan ketika hanya sekedar mengadu saja mereka
malah dibilang memalukan sepakbola Indonesia oleh petinggi PSSI. Sungguh aneh!
Lalu bagaimana nasib mereka kini yang pernah tidur di halaman Monas tersebut?
Melalui momentum ini harusnya kita ingat dan #menolaklupa bahwa sepakbola
Indonesia (PSSI) beserta sistemnya masih mendzolimi orang-orang yang
menggantungkan hidupnya melalui sepakbola. Terakhir izinkan aku mengutip
tulisan Wiji Thukul untuk menutup tulisan ini “ Jika kau menghamba pada
ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan” . Selamat ulang Tahun Wiji
Thukul !