Minggu, 26 Januari 2014

liputan : Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Sekartama gelar “Dangdutan”



Guna memperingati hari Sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober. Karang Taruna Sekartama yang berlokasi di Dusun Monggang Kidul Pendowoharjo Sewon Bantul menggelar acara musik dangutan. Menurut Damar Kusworo selaku ketua karang taruna Sekartama yang di jumpai selepas acara menyebutkan bahwa pemilihan penampilan dangdutan ini didasari atas mekanisme voting. “Dangutan ini dipilih melalui voting, Mas” kata Damar.
            Peringatan ini dipusatkan di tengah dusun Monggang pada tanggla 25 Oktober. Acara ini dimuali pukul 20.00 WIB didahului dengan sambutan dari Ketua karang taruna sekartama.  Menurut ketua karang taruna tersebut dana yang digunakan untuk operasional acara didapatkan dari sumbangan warga terpilih dan unag kas organisasi. “uangya didapat dari serkileran- Sumbangan red, kekurangannya lalu diambil dari kas” ungkap Damar.
            Acara tersebut berjalan lancar dan aman terkendali. Warga dusun Monggang dan wilayah disekitarnya terlihat antusias selama acara berlangsung. Acara ini ditutup dengan lagu kereta malam tepat pada pukul 01.30 WIB. Acara-acara seperti dangdutan, music band, dan campur sari menjadi pilihan utama untuk memperingati sumpah pemuda. Di wilayah kecamatan saja pada tanggal 25 Oktober 2013 terdapat 19 titik yang menggelar acara musik

BELAJAR DEMOKRASI LEWAT COBLOSAN KARANGTARUNA




Monggang-Kelompok pemuda karang taruna Sekartama sabtu (9/11/2013) melakukan gelaran pemilihan ketua karang taruna melalui mekanisme pemilu. Kegiatan yang di laksanakan bertempat di rumah Rini, 23, ini merupakan sarana pembelajaran masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Presiden 2014. “pemilihan ketua karang taruna ini kami set  dengan coblosan  untuk melatih generasi muda Monggang kidul guna menghadapi Pemilu.” Tutur Damar Kusworo selaku ketua karang taruna Sekartama saat ditemui disela-sela acara.
            Pemilihan Ketua karang taruna yang harusnya diikuti oleh 9 calon pada akhirnya hanya diikuti 7 calon. Triyoko, Ganang Nur R, dan Verri Cirol secara serentak mengundurkan diri dengan alasan bahwa mereka bertiga pernah menjabat pengurus inti pada periode sebelumnya. Seperti yang dituturkan dammar kusworo berikut ini “ketiga calon akhirnya mengundurkan diri, ya kami sebagai panitia tidak bisa berbuat apa-apa, lha wong itu hak mereka.”
            Untuk posisi yang ditinggalkan Ganang Nur R kemudian disepakati untuk diisi oleh Yudid. Pemilihan ini menghasilkan perolehan suara dengan kemenangan diraih oleh Dani dengan 9 suara. Kemudian diikuti oleh Yudid dengan 8 suara. Sedangkan diposisi ketiga ditempati oleh saudara Rahmat Riyadi dan Adit dengan perolehan masing-masing 6 suara. Sedangkan diposisi dua terbawah ditempati oleh Reti dan Indung dengan masing-masing 5 dan 4 suara.
            Berdasarkan dari hasil pemilihan tersebut struktur pengurusan dari posisi ketua akan diisi Dani dan didampingi oleh Yudid sebagai wakil ketua. Sedangkan sekretaris akan diisi oleh  Rahmat dan Adit, untuk posisi bendahara akan diisi oleh Reti dan Indung. Kepengurusan yang baru ini akan mulai efektif bekerja pada saat awal Januari 2014. Kepengurusan yang kedua ini akan menggantikan kepengurusan Damar Kusworo yang telah menjabat sejak 2011 silam. GNR

Sumpah Pemuda dan Sinar Terang Dari Tulehu



Euforia beruntun yang disajikan oleh para punggawa Timnas Indonesia U-19 rasanya mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Di Sidoarjo anak-anak muda kebangaan negeri ini menasbihkan diri sebagai Rajanya Asia Tenggara pada kelompok umur dibawah 19 tahun. Berselang beberapa minggu saja, tepatnya di Jakarta lagi-lagi mereka memberikan hadiah istimewa bagi negeri ini. Ya, hadiah itu adalah tiket Piala Asia kelompok umur 19 tahun yang akan di gelar di Myanmar. Tak tanggung-tanggung mereka mengebuk sang juara bertahan Korea Selatan. Rasanya hal itu seperti hujan yang turun ditengah kemarau panjang. Hal ini tak berlebihan, ketika prestasi kakak-kakak mereka di Timnas U-23 dan Senior belum menemukan titik terang.
            Hal yang menarik dan perlu dicermati adalah ketiadaan pemain naturalisasi seolah membuktikan bahwa  juara tak perlu itu. Walaupun di satu sisi negeri ini selalu terbuka menerima orang-orang yang ingin menjadi warga negara Indonesia dan ini negara demokrasi . Pembinaan usia dini merupakan hal yang lagi-lagi perlu untuk mendapat porsi lebih lagi. Lihatlah para punggawa Timnas U-19 jauh dari nama-nama tim besar yang bermain di Liga Indonesia.
            Membicarakan pembinaan usia dini, tentunya kita tak bisa melepaskan nama Tulehu. Tulehu sendiri merupakan  sebuah desa kecil yang berada di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Lalu, ada apa dengan Tulehu? Desa ini merupakan penghasil pemain berkualitas selama beberapa dekade terakhir. Nama-nama seperti  Imran Nahumarury, Khairil “Pace” Anwar,Dedi Umarella, Rocky Poetiray adalah sebagian pemain asal Tulehu yang bersinar di Indonesia bahkan dunia pada periode 90an. Untuk dekade 2000an muncul nama-nama sekelas Ricardo Salampessy, Ramdani Lestaluhu, Valentino Telarubun, Hendra Bayauw, Manahati Lestusen, Hasyim Kipuw, Risky Pellu, Ricky Bardes, selain itu ada juga Al Qomar Tehu yang menjadi punggawa Timnas U-19 kala bermain di Sidoarjo.
 Bisa dibayangkan bagaimana sebuah desa di Maluku mampu memproduksi  puluhan pemain yang mampu besinar dipersepakbolaan Indonesia. Dan Indonesia tak hanya Maluku saja, masih ada Papua, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan ribuan pulau lainnya. Hal itu berarti masih banyak daerah -daerah lain yang siap menyumbangkan para pemudanya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Bulan Oktober merupakan bulan yang monumental juga, bulan dimana puluhan tahun yang lalu , tepatnya 28 Oktober  1928 para pemuda yang kala itu masih dalam dekapan kolonialisme, mendeklarasikan sebuah sumpah suci bernama Sumpah Pemuda.  Dan kini di bulan Oktober 2013, lewat sepak bola para punggawa muda kita mempersembahkan momentum kebangkitan lewat Timnas U-19. Dan saya yakin anak-anak daerah seperti Tulehu dan daerah-daerah lainnya siap menyerahkan jiwa raga mereka demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Cerita Anak : Persahabatan Tiko dan Dito



Alkisah di sebuah hutan  lebat hiduplah dua keluarga hewan yang damai dan sejahtera. Kedua keluarga hewan itu adalah keluarga Pak Aya dan Bu Emu. Keluarga pak Aya adalah keluarga Buaya yang memiliki lima anak, salah satunya adalah Tiko. Sedangkan keluarga Bu Emu adalah keluarga semut. Berbeda dengan dengan Pak Aya, Bu Emu memiliki ratusan anak, dari ratusan anak itu salah satunya bernama Dito.
Awalnya mereka hidup damai di hutan lebat. Tetapi belakangan ini kehidupan Pak Aya dan Bu Emu sekeluarga mulai terganggu. Rumah Pak Aya yang berada di rawa-rawa mulai tercemar dengan kotoran limbah pabrik. Air rawa yang semula nyaman untuk istirahat Pak Aya sekeluarga menjadi tidak nyaman karena penuh oli. Begitu pula Rumah Bu Emu dengan keluarga besarnya yang berada di bawah tanah. Tempat yang awalnya nyaman untuk beritirahat sebagian telah dikeruk oleh traktor besar.
Melihat kejadian yang menyedihkan ini Tiko yang sedang duduk-duduk di bawah pohon bersama Dito ikut gelisah dan cemas. “Ko, rumah kita terancam oleh kegiatan pertambangan itu” kata Dito memulai percakapan mereka. Tiko kemudian menjawab “Iya To, benar juga, rimahku mulai dipenuhi oli hitam sisa limbah traktor besar, sekarang ikan-ikan yang biasa aku makan menjadi banyak yang mati.” Angin yang berhembus sepoi-sepoi seolah menemani percakapan mereka pada waktu itu. Setelah beberapa saat terdiam, Dito memulai pembicaraan lagi “Kalau seperti ini terus, lama-lama kita dan keluarga kita akan semakin terancam!”.  “Lalu apa yang apa yang harus kita lakukan To?” Tanya Tiko kepada Dito. “Jalan satu-satunya kita harus mencari rumah baru” jawab Dito.  Tiko dan Dito kemudian diam sambil memandangi harapan langit biru yang luas. Di dalam hati mereka berdua  kemudian meyakinkan niat untuk pergi  mencari rumah baru.
Tak terasa hari mulai sore ketika lamunan mereka berdua terhenti. Tiko kemudian memulai pembicaraan lagi “Dito, Besuk pagi kita harus pergi ketempat dimana matahari itu tenggelam. Aku yakin disitu ada rumah untuk keluarga kita.” Dito mengangguk sebagai tanda setuju.  Lalu mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.  Hari mulai gelap, di rumah masing-masing mereka meminta ijin kepada kedua orang tua mereka masing-masing.  Akhirnya walaupun berat melepas dua anak itu, Pak Aya maupun Bu Emu mengijinkan.
Ayam mulai berkokok menandakan matahari mulai terbit.  Dito yang bangun terlebih dahulu datang menjemput Tiko. Mereka berdua kemudian berjalan menuju arah matahari tenggelam. Perjalanan mereke ternyata tidak mulus. Rintangan yang mereka hadapi adalah sebuah sungai besar dengan arus yang deras sekali. “Wah Ko, aku kan semut, aku tak sanggup berenang.” Tutur Dito. Tijo menjawab “Tenang teman, aku kan buaya, aku terbiasa menghadapi arus sungai yang deras seperti ini. Masa kamu tidak tahu?” jawab Tiko sambil tertawa kecil. “Mari naik punggungku Dit, kita seberangi sungai ini bersama-sama.”  Imbuh Tiko. Akhirnya mereka berdua mampu melewati sungai dengan selamat.
Tak terasa perjalanan telah mencapai setengah hari. Mereka berdua kemudian istirahat di bawah pohon mangga sambil makan siang. Tiko memulai pembicaraan lagi “Apakah  hutan di dekat matahari tenggelam itu masih jauh ya Dit?” . “Sebentar Ko, aku akan mencoba memanjat pohon mangga ini, aku kan kecil jadi aku akan mudah merayap naik keujung dahan itu.” Jawab Dito sambil menunjuk ke atas. Tak berselang lama Dito dengan cekatan sudah sampai di ujung dahan tertinggi. Dengan takjub dia memandangi arah dimana matahari akan tenggelam. Di arah itu terlihat hamparan hutan hijau nan asri dengan dikelilingi rawa-rawa kecil yang jernih. “kenapa kamu diam saja To?  Apa yang kamu lihat? ” tanya  Tiko dari bawah.  “Aku melihat rumah baru!” jawab Dito dengan begitu semangat. Kemudian Dito turun dari atas pohon dan mengajak Tiko berlari dengan semangat menuju hutan dimana matahari tenggelam. Perjuangan mereka berdua tak sia-sia. Mereka mendapati rumah yang asri untuk keluarga mereka.
Setelah puas memandangi rumah baru nan asri yang baru saja mereka temui. Mereka berdua kemudian berjalan pulang untuk mengabari keluarga mereka. Alhasil dengan usaha mereka berdua, keluarga mereka memiliki rumah baru yang tidak tercemar maupun terganggu aktivitas pertambangan.
 

Cerita Anak : Ivan Si Gajah Kecil



Di sebuah pulau, hiduplah seekor gajah kecil bernama Ivan. Ivan hidup sendiri. Ia tidak memiliki Ayah dan Ibu.  Tapi, Ivan tidak peduli. Dia sudah terbiasa hidup sendiri. Ia gemar bermain-main dengan tempurung kelapa untuk mengisi kesendiriannya. Kadang dengan tempurung kelapa tersebut Dia bermain sepak bola. Kadang  bermain lempar bola.
            Setiap sore, saat Ivan lelah bermain bola dengan tempurung kelapanya, Dia duduk di pinggir pantai . Ivan biasanya sambil menguyah rumput kesukaanya sembari menikmati matahari tenggelam. Suatu saat dia melihat pulau di seberang lautan nan jauh disana. “Di pulau seberang itu ada apa ya?” tanya Ivan dalam hati. Keesokan harinya Ivan bertekad untuk berenang menyebrang ke pulau itu. “Saatnya berpetualang!” katanya.
            Ivan si gajah kecil itu berenang seharian. Melewati ikan lumba-lumba dan kura-kura.  Lalu dia sampai di pulau seberang.  Didapatinya sebuah perkampungan gajah yang begitu ramai dengan anak-anak gajah yang sedang bermain kejar-kejaran. Ivan kemudian mendekat. “Apakah kalian mau bermain denganku?” Tanya Ivan kepada anak-anak gajah yang sedang bermain kejar-kejaran. Sontak anak-anak gajah itu berhenti bermain. “Kamu kecil, sedangkan kita besar-besar. Aku tidak mau bermain denganmu!” kata salah satu anak gajah yang agak gemuk. “kamu tidak boleh bermain bersama kami, Pergilah !” teriak anak gajah yang tinggi. “tapi aku bisa mengajari kalian permainan sepak bola dengan tempurung kelapa, kalian mau?” Jawab Ivan dengan tersenyum.
            Para anak gajah itu kemudian duduk dan berpikir. Lalu.. “Mungkin kamu bisa mencontohkan pada kami selagi kami istirahat setelah lelah kejar-kejaran” kata anak gajah yang tinggi. “Sebentar saja” imbuh anak gajah yang agak gemuk. “Baiklah, kalian lihat aku baik-baik ya?” kata Ivan sambil mengambil tempurung kelapa di dekat pantai. Lalu ivan mengiring tempurung kelapa itu dengan cekatan dan kemudian menendangnya hingga masuk keranjang sampah. Anak-anak gajah yang melihat permainan Ivan menjadi takjub.
            Kemudian si anak gajah yang agak gemuk berkata sambil tersipu malu “Maaf tadi kami meremehkanmu, kami mau bermain denganmu”. “Eh, nama kamu siapa ?” Tanya anak gajah yang tinggi. Ivan menjawab dengan sembari tersenyum “Namaku Ivan mari bermain denganku”.  Kemudian mereka bermain bersama sambil tertawa bahagia di pinggir pantai. Lalu, tak terasa hari telah sore. “Maaf teman-teman Ivan harus pulang karena sudah hampir gelap” tutur Ivan. “Besuk kamu kesini lagi ya Van, kita main bola lagi ya?” kata anak gajah yang agak gemuk sambil bersalaman dengan Ivan. “Iya Van, maaf tadi kami meremehkanmu. Kamu mau kan bersahabat dengan kami?” imbuh anak gajah yang tinggi. “Iya teman-teman, aku mau kok main lagi kesini dan bersahabat dengan teman-teman. “Ivan pulang dulu ya?” jawab Ivan sambil berpamitan.
            Ivan kemudian berenang menyeberangi lautan untuk kembali ke pulau yang menjadi rumahnya. Kemudian persahabatan Ivan dengan anak-anak gajah di pulau seberang terjalin baik selamanya.