Euforia
beruntun yang disajikan oleh para punggawa Timnas Indonesia U-19 rasanya mampu
bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Di Sidoarjo anak-anak muda
kebangaan negeri ini menasbihkan diri sebagai Rajanya Asia Tenggara pada
kelompok umur dibawah 19 tahun. Berselang beberapa minggu saja, tepatnya di
Jakarta lagi-lagi mereka memberikan hadiah istimewa bagi negeri ini. Ya, hadiah
itu adalah tiket Piala Asia kelompok umur 19 tahun yang akan di gelar di
Myanmar. Tak tanggung-tanggung mereka mengebuk sang juara bertahan Korea
Selatan. Rasanya hal itu seperti hujan yang turun ditengah kemarau panjang. Hal
ini tak berlebihan, ketika prestasi kakak-kakak mereka di Timnas U-23 dan
Senior belum menemukan titik terang.
Hal yang menarik dan perlu dicermati
adalah ketiadaan pemain naturalisasi seolah membuktikan bahwa juara tak perlu itu. Walaupun di satu sisi
negeri ini selalu terbuka menerima orang-orang yang ingin menjadi warga negara
Indonesia dan ini negara demokrasi . Pembinaan usia dini merupakan hal yang
lagi-lagi perlu untuk mendapat porsi lebih lagi. Lihatlah para punggawa Timnas
U-19 jauh dari nama-nama tim besar yang bermain di Liga Indonesia.
Membicarakan pembinaan usia dini,
tentunya kita tak bisa melepaskan nama Tulehu. Tulehu sendiri merupakan sebuah desa kecil yang berada di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Lalu, ada apa dengan Tulehu? Desa ini
merupakan penghasil pemain berkualitas selama beberapa dekade terakhir.
Nama-nama seperti Imran Nahumarury,
Khairil “Pace” Anwar,Dedi Umarella, Rocky Poetiray adalah sebagian pemain asal
Tulehu yang bersinar di Indonesia bahkan dunia pada periode 90an. Untuk dekade
2000an muncul nama-nama sekelas Ricardo Salampessy, Ramdani Lestaluhu,
Valentino Telarubun, Hendra Bayauw, Manahati Lestusen, Hasyim Kipuw, Risky
Pellu, Ricky Bardes, selain itu ada juga Al Qomar Tehu yang menjadi punggawa
Timnas U-19 kala bermain di Sidoarjo.
Bisa dibayangkan bagaimana sebuah desa di
Maluku mampu memproduksi puluhan pemain
yang mampu besinar dipersepakbolaan Indonesia. Dan Indonesia tak hanya Maluku
saja, masih ada Papua, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan ribuan pulau
lainnya. Hal itu berarti masih banyak daerah -daerah lain yang siap
menyumbangkan para pemudanya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Bulan Oktober
merupakan bulan yang monumental juga, bulan dimana puluhan tahun yang lalu ,
tepatnya 28 Oktober 1928 para pemuda
yang kala itu masih dalam dekapan kolonialisme, mendeklarasikan sebuah sumpah
suci bernama Sumpah Pemuda. Dan kini di bulan
Oktober 2013, lewat sepak bola para punggawa muda kita mempersembahkan momentum
kebangkitan lewat Timnas U-19. Dan saya yakin anak-anak daerah seperti Tulehu
dan daerah-daerah lainnya siap menyerahkan jiwa raga mereka demi kemajuan sepak
bola Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar