Minggu, 26 Januari 2014

Sumpah Pemuda dan Sinar Terang Dari Tulehu



Euforia beruntun yang disajikan oleh para punggawa Timnas Indonesia U-19 rasanya mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Di Sidoarjo anak-anak muda kebangaan negeri ini menasbihkan diri sebagai Rajanya Asia Tenggara pada kelompok umur dibawah 19 tahun. Berselang beberapa minggu saja, tepatnya di Jakarta lagi-lagi mereka memberikan hadiah istimewa bagi negeri ini. Ya, hadiah itu adalah tiket Piala Asia kelompok umur 19 tahun yang akan di gelar di Myanmar. Tak tanggung-tanggung mereka mengebuk sang juara bertahan Korea Selatan. Rasanya hal itu seperti hujan yang turun ditengah kemarau panjang. Hal ini tak berlebihan, ketika prestasi kakak-kakak mereka di Timnas U-23 dan Senior belum menemukan titik terang.
            Hal yang menarik dan perlu dicermati adalah ketiadaan pemain naturalisasi seolah membuktikan bahwa  juara tak perlu itu. Walaupun di satu sisi negeri ini selalu terbuka menerima orang-orang yang ingin menjadi warga negara Indonesia dan ini negara demokrasi . Pembinaan usia dini merupakan hal yang lagi-lagi perlu untuk mendapat porsi lebih lagi. Lihatlah para punggawa Timnas U-19 jauh dari nama-nama tim besar yang bermain di Liga Indonesia.
            Membicarakan pembinaan usia dini, tentunya kita tak bisa melepaskan nama Tulehu. Tulehu sendiri merupakan  sebuah desa kecil yang berada di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Lalu, ada apa dengan Tulehu? Desa ini merupakan penghasil pemain berkualitas selama beberapa dekade terakhir. Nama-nama seperti  Imran Nahumarury, Khairil “Pace” Anwar,Dedi Umarella, Rocky Poetiray adalah sebagian pemain asal Tulehu yang bersinar di Indonesia bahkan dunia pada periode 90an. Untuk dekade 2000an muncul nama-nama sekelas Ricardo Salampessy, Ramdani Lestaluhu, Valentino Telarubun, Hendra Bayauw, Manahati Lestusen, Hasyim Kipuw, Risky Pellu, Ricky Bardes, selain itu ada juga Al Qomar Tehu yang menjadi punggawa Timnas U-19 kala bermain di Sidoarjo.
 Bisa dibayangkan bagaimana sebuah desa di Maluku mampu memproduksi  puluhan pemain yang mampu besinar dipersepakbolaan Indonesia. Dan Indonesia tak hanya Maluku saja, masih ada Papua, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan ribuan pulau lainnya. Hal itu berarti masih banyak daerah -daerah lain yang siap menyumbangkan para pemudanya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Bulan Oktober merupakan bulan yang monumental juga, bulan dimana puluhan tahun yang lalu , tepatnya 28 Oktober  1928 para pemuda yang kala itu masih dalam dekapan kolonialisme, mendeklarasikan sebuah sumpah suci bernama Sumpah Pemuda.  Dan kini di bulan Oktober 2013, lewat sepak bola para punggawa muda kita mempersembahkan momentum kebangkitan lewat Timnas U-19. Dan saya yakin anak-anak daerah seperti Tulehu dan daerah-daerah lainnya siap menyerahkan jiwa raga mereka demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar