Kedatangan
bangsa – bangsa Barat ke Asia tenggara telah berjalan lama dan
melalui proses yang sangat panjang. Portugis dating pada tahun 1511.
Dimulai dengan pendudukan Malaka pada tahun 1522 -1575, kemudian
melakukan aktivitas di Maluku pada tahun 1520an, selanjutnya Portugis
terlibat kegiatan di Nusa Tenggara, antara lain daerah Timor, Solor
dan Flores. Dilihat dari masa aktivitas dan wilayah kekuasaan,
persentuhan Portugis dengan Asia Tenggara tidak terlalu signifikan.
Tetapi dari sisi letak , sangat strategis dan mampu menguasai jalan
pelayaran maupun perdagangan rempah dan kayu cendana. Bahkan dengan
jatuhnya Malaka ketangan Portugis mengakibatkan perlawanan yang hebat
dari kerajaan-kerajaa pribumi.
Spanyol
datang ke Asia Tenggara dari sebelah sisi timur sejak 1520. Tetapi
baru pada tahun 1568 mulai menetap di Cebu dan Panay. Penggunaan
jalur timur itu disebabkan pelarangan berlayar melewati Afrika
Selatan, sehingga pelayarn harus melalui laut Pasifik. Masalah yang
muncul adalah berupa kesulitan ketika akan kembali ke Meksiko. Ada
beberapa ekspedisi Spanyol yang gagal karena faktor alam sperti angin
dan arus laut yang bertentangan. Tapi setelah menemukan jalan pulang
ini ,mereka dapat melakukan hubungan regular antara Philipina dengan
Meksiko. Hal itu mengakibatkan Pendudukan Spanyol atas Philipina
berhasil. Pada tahun 1571 kota Manila jatuh ke tangan Spanyol, dan
diikuti dengan jatuhnya pulau-pulau lain. Zamboanga di Mindanao
diduduki pada tahun 1635, khususnya untuk menjadi pangkalan selatan
terhadap kekuatan kerajaan- kerajaan Islam di Mindanao dan pulau
Sulu. Pada tahun 1876 Spanyol berhasil meduduki Jolo, tetapi lebih
dari dua dasawarsa kemudian Spanyol sendiri harus meninggalkan
Philipina setelah kalah perang dengan Amerika Serikat.
Kapal
– kapal Belanda Memasuki perairan Nusantara pada tahun 1596 dan
sejak itu orang Belanda menggunakan loji untuk menjadi pusat usaha
perdagangan . kemudian setelah itu Belanda mendirikan VOC sebagai
wadah perserikatan dagang di wilayah Asia Tenggara khususnya
Nusantara. Mulai sejak itu, usaha perdagangan rempah di monopoli oleh
Voc dan hal itu menjadi ancaman yang luar biasa untuk pedagang
–pedagang kecil yang beroperasi di wilayah Nusantara. Salah satu
penentang keras kebijakan VOC adalah Sultan Hasannudin dari kerajaan
Makassar. Tetapi hal itu tidak bertahan lama dikarenakan kekalahan
kerajaan – kerajaan pribumi. Mereka sangat timpang dalam hal
teknologi dan organisasi.
Sejak
abad ke-17 Inggris sudah mencoba untuk melakukan ekspansi ke Asia
Tenggara, akan tetapi mendapat pesaing yang sepadan yaitu Belanda.
Inggris melalui serikat dagangnya yang bernama East India Company
hanya mampu melakukan kegiatan perdagangan di wilayah pantai barat
Sumatera dan memilki pusat di Bengkulu (1686 – 1824). Pengaruh dari
perang di Eropa antara Inggris dan Spanyol yang berakhir dengan
kemenangan Inggris membuka jalan untuk menguasai manila (1762-1764).
Kemudian disusul dengan adanya perjanjian Sulu yang memberikan
kesempatan untuk Inggris menduduki pulau Balambangan (utara pulau
Kalimantan) pada tahun 1773 – 1775. Selanjutnya Inggris mampu
menguasai wilayah Penang. Pada tahun 1824 Bengkulu ditukarkan dengan
Malaka sebagai salah astu akibat dari trakat London. Dari Malaka
inggris mulai melebarkan hegemoninya menuju wilayah kerajaan di
semenajung Malaka sebagai penasehat yang berkuasa, berturut-turut di
Perak (1874), Selangor (18760, Pahang (1888), Negeri Sembilan (1895).
Kemudian disusul oleh Perjanjian dengan Siam yang mengakibatkan
Kedah, Perlis, Klenatan, Trengganu kedalam kuasa Inggris. Sebelumnya
Inggris telah menyatakan proteksi terhadap Kasultanan Brunei, Sabah,
Sarawak. Pulau Labuan juga dikuasai sejak 1846.
Wilayah
jajahan Prancis mulai terbentuk pada pertengahan abad ke-19. Jauh
Sebelum itu Prancis telah melakukan percobaan dalam hal perdagangan
di Asia Tenggara dengan memebentuk Compaigne d’Orient (1642),
Compaigne des Indes Orientales (1664), dan Compaigne des Indes
(1719), tetapi usaha itu tidak banyak membawa untung. Bukti yang
lebih berhasil ditorehkan oleh kaum missionaries Perancis yang
mendirikan Societe des Missions Etrabgeres yang pada awal 1680-an
menduduki tempat penting dalam istana Thai di Ayuthia. Pengiriman
duta dari Siam ke Pransis diadakan.
Kehadiran
missionaries Prancis di wilayah Vietnam mengakibatkan banyak pedagang
yang tertarik kewilayah ini. Tapi dengan banyaknya kedatangan para
pedagang kedaerah Vietnam tersebut mengakibatkan penguasa lokal
menentangnya, dan pada akhir abad ke-18 Prancis melihat kesempatan
baru sebagai akibat dari perang saudara (pemberontakan Tyson). Selain
itu juga terjadi permusuhan dengan Vietnam mulai alas an-alasan
keagamaan, tetapi dibalik itu ada keuntungan komersil, memperoleh
sebuah pangkalan untuk membuka jalan menuju tiongkok, hal itu
mempertinggi kedudukan Prancis yang telah jatuh bersama dengan
jatuhnya Napoleon I dan kemudian juga Napoleon III. Tongkin dan Annam
dijadikan protektorat, tetapi wilayah kekuasaan resident superieur
yang ditemapatkan di Hue dan Hanoi semakin bertambah. Pada Tahubn
1884 semua daerah ini termasuk Kamboja yang telah dibawah kedudukan
Prancis , disatukan dalam Uni Indocina Perancis.
Sumber :
A.B
Lapian, Manusia dan Kebudayaan di Asia
Tenggara, Jakarta : LIPI. 1975
Vickers
A, Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya
Asia Tenggara, Bali : Udayana University
Press. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar