Selasa, 19 Februari 2013

Ekspansi Barat Ke Asia Tenggara

Kedatangan bangsa – bangsa Barat ke Asia tenggara telah berjalan lama dan melalui proses yang sangat panjang. Portugis dating pada tahun 1511. Dimulai dengan pendudukan Malaka pada tahun 1522 -1575, kemudian melakukan aktivitas di Maluku pada tahun 1520an, selanjutnya Portugis terlibat kegiatan di Nusa Tenggara, antara lain daerah Timor, Solor dan Flores. Dilihat dari masa aktivitas dan wilayah kekuasaan, persentuhan Portugis dengan Asia Tenggara tidak terlalu signifikan. Tetapi dari sisi letak , sangat strategis dan mampu menguasai jalan pelayaran maupun perdagangan rempah dan kayu cendana. Bahkan dengan jatuhnya Malaka ketangan Portugis mengakibatkan perlawanan yang hebat dari kerajaan-kerajaa pribumi.
Spanyol datang ke Asia Tenggara dari sebelah sisi timur sejak 1520. Tetapi baru pada tahun 1568 mulai menetap di Cebu dan Panay. Penggunaan jalur timur itu disebabkan pelarangan berlayar melewati Afrika Selatan, sehingga pelayarn harus melalui laut Pasifik. Masalah yang muncul adalah berupa kesulitan ketika akan kembali ke Meksiko. Ada beberapa ekspedisi Spanyol yang gagal karena faktor alam sperti angin dan arus laut yang bertentangan. Tapi setelah menemukan jalan pulang ini ,mereka dapat melakukan hubungan regular antara Philipina dengan Meksiko. Hal itu mengakibatkan Pendudukan Spanyol atas Philipina berhasil. Pada tahun 1571 kota Manila jatuh ke tangan Spanyol, dan diikuti dengan jatuhnya pulau-pulau lain. Zamboanga di Mindanao diduduki pada tahun 1635, khususnya untuk menjadi pangkalan selatan terhadap kekuatan kerajaan- kerajaan Islam di Mindanao dan pulau Sulu. Pada tahun 1876 Spanyol berhasil meduduki Jolo, tetapi lebih dari dua dasawarsa kemudian Spanyol sendiri harus meninggalkan Philipina setelah kalah perang dengan Amerika Serikat.
Kapal – kapal Belanda Memasuki perairan Nusantara pada tahun 1596 dan sejak itu orang Belanda menggunakan loji untuk menjadi pusat usaha perdagangan . kemudian setelah itu Belanda mendirikan VOC sebagai wadah perserikatan dagang di wilayah Asia Tenggara khususnya Nusantara. Mulai sejak itu, usaha perdagangan rempah di monopoli oleh Voc dan hal itu menjadi ancaman yang luar biasa untuk pedagang –pedagang kecil yang beroperasi di wilayah Nusantara. Salah satu penentang keras kebijakan VOC adalah Sultan Hasannudin dari kerajaan Makassar. Tetapi hal itu tidak bertahan lama dikarenakan kekalahan kerajaan – kerajaan pribumi. Mereka sangat timpang dalam hal teknologi dan organisasi.
Sejak abad ke-17 Inggris sudah mencoba untuk melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, akan tetapi mendapat pesaing yang sepadan yaitu Belanda. Inggris melalui serikat dagangnya yang bernama East India Company hanya mampu melakukan kegiatan perdagangan di wilayah pantai barat Sumatera dan memilki pusat di Bengkulu (1686 – 1824). Pengaruh dari perang di Eropa antara Inggris dan Spanyol yang berakhir dengan kemenangan Inggris membuka jalan untuk menguasai manila (1762-1764). Kemudian disusul dengan adanya perjanjian Sulu yang memberikan kesempatan untuk Inggris menduduki pulau Balambangan (utara pulau Kalimantan) pada tahun 1773 – 1775. Selanjutnya Inggris mampu menguasai wilayah Penang. Pada tahun 1824 Bengkulu ditukarkan dengan Malaka sebagai salah astu akibat dari trakat London. Dari Malaka inggris mulai melebarkan hegemoninya menuju wilayah kerajaan di semenajung Malaka sebagai penasehat yang berkuasa, berturut-turut di Perak (1874), Selangor (18760, Pahang (1888), Negeri Sembilan (1895). Kemudian disusul oleh Perjanjian dengan Siam yang mengakibatkan Kedah, Perlis, Klenatan, Trengganu kedalam kuasa Inggris. Sebelumnya Inggris telah menyatakan proteksi terhadap Kasultanan Brunei, Sabah, Sarawak. Pulau Labuan juga dikuasai sejak 1846.
Wilayah jajahan Prancis mulai terbentuk pada pertengahan abad ke-19. Jauh Sebelum itu Prancis telah melakukan percobaan dalam hal perdagangan di Asia Tenggara dengan memebentuk Compaigne d’Orient (1642), Compaigne des Indes Orientales (1664), dan Compaigne des Indes (1719), tetapi usaha itu tidak banyak membawa untung. Bukti yang lebih berhasil ditorehkan oleh kaum missionaries Perancis yang mendirikan Societe des Missions Etrabgeres yang pada awal 1680-an menduduki tempat penting dalam istana Thai di Ayuthia. Pengiriman duta dari Siam ke Pransis diadakan.
Kehadiran missionaries Prancis di wilayah Vietnam mengakibatkan banyak pedagang yang tertarik kewilayah ini. Tapi dengan banyaknya kedatangan para pedagang kedaerah Vietnam tersebut mengakibatkan penguasa lokal menentangnya, dan pada akhir abad ke-18 Prancis melihat kesempatan baru sebagai akibat dari perang saudara (pemberontakan Tyson). Selain itu juga terjadi permusuhan dengan Vietnam mulai alas an-alasan keagamaan, tetapi dibalik itu ada keuntungan komersil, memperoleh sebuah pangkalan untuk membuka jalan menuju tiongkok, hal itu mempertinggi kedudukan Prancis yang telah jatuh bersama dengan jatuhnya Napoleon I dan kemudian juga Napoleon III. Tongkin dan Annam dijadikan protektorat, tetapi wilayah kekuasaan resident superieur yang ditemapatkan di Hue dan Hanoi semakin bertambah. Pada Tahubn 1884 semua daerah ini termasuk Kamboja yang telah dibawah kedudukan Prancis , disatukan dalam Uni Indocina Perancis.
Sumber :
A.B Lapian, Manusia dan Kebudayaan di Asia Tenggara, Jakarta : LIPI. 1975
Vickers A, Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara, Bali : Udayana University Press. 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar