Rabu, 02 Februari 2011

bulutangkis dan nasionalisme

1.PENGANTAR Awal bulan Mei putra-putri Indonesia telah berjuang dalam ajang Piala Thomas dan Uber yang berlangsung di Malaysia . Ajang tersebut merupakan kompetisi akbar bulutangkis yang sangat bergengsi. Dalam kompetisi tersebut Indonesia memperoleh hasil yang kurang memuaskan, tim Thomas Indonesia hanya mampu melaju sebagai juara kedua,sedangkan tim uber hanya mampu melaju sampai semi final. Padahal dahulu Indonesia merupakan negara yang sangat kuat dalam kompetisi bulutangkis internaisonal. Putra-putri bangsa tidak mampu memboyong piala tersebut ke Indonesia. Hal ini merupakan cambukan untuk PBSI karena pada tahun 1958-1979 tidak akan ada penggemar olahraga bulutangkis yang berani membantah bahwa Indonesia merupakan negara terkuat di dunia. Walaupun kehebatan duta bangsa di dunia bulutangkis mengalami masa surut pada saat ini. Hal tersebut tetap merupakan buah dari kerja keras putra-putri Indonesia dalam usaha mengharumkan nama negara. Piala Thomas yang menjadi lambang supremasi dunia bulutangkis untuk regu putra mampu digenggam Indonesia dari tahun 1958 hingga 1980, kecuali pada tahun 1967 karena direbut oleh regu Malaysia. Kita juga mempunyai Rudy Hartono yang mampu menjuarai “All England”, kompetisi bulutangkis internasional yang sangat bergengsi sebanyak 8 kali. Regu putri pun mampu menjuarai Uber Cup untuk pertama kali pada tahun1975. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa dahulu Indonesia merupakan negara yang sangat kuat dalam kompetisi bulutangkis. Berbagai gelar bergengsi yang mampu direngkuh duta bangsa Indonesi dalam kompetisi bulutangkis internasional merupakan wujud nyata dari kerja keras guna mengangkat prestasi bangsa. Walaupun pada periode 1950-an dana yang dialokasikan pemerintah untuk bulutangkis terkesan sangat sedikit, tetapi mampu menghadirkan prestasi untuk Indonesia. Nasionalisme yang dahulu muncul melalui semangat sumpah pemuda Budi Utomo pada era 1900-an hadir kembali dalam diri para duta bangsa olahraga bulutangkis. Semangat yang dihadirkan tersebut bukan muncul dalam usaha melawan penjajah melainkan semangat (etos) nasionalisme untuk memberikan prestasi bagi bangsa. Apakah di dalam ajang kompetisi bulutangkis internasional muncul bentuk nasionalisme baru dari para duta bangsa? Semangat nasionalisme yang merupakan etos untuk memberikan kejayaan bagi bangsa melalui bulutangkis. Permasalahan tersebut menarik bagi saya untuk membuat karya tulis yang berjudul Nasionalisme di Arena Bulutangkis. 2.LANDASAN TEORI Bulutangkis Indonesia memiliki sejarah yang gemilang. Indonesia pernah menjadi Negara yang sangat kuat pada tahun 1958-1980 dalam mendominasi ajang Piala Thomas dan “All England”. Regu Uber Indonesia juga mampu menjuarai kompetisi tersebut untuk pertama kali pada tahun 1975. Pada tahun tersebut Indonesia mampu menyandingkan Thomas dan Uber di Indonesia. Muncul hubungan antara nasionalisme “baru” dengan prestasi bulutangkis Indonesia. Nasionalisme disini memiliki prinsip kebebasan, kesamaan, kesatuan, kepribadian dan berujung pada prestasi yang dicapai. Nasionalisme memiliki makna untuk mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan . Etos nasionalisme merupakan semangat untuk memberikan dedikasi demi kejayaan nusa dan bangsa. 3. ANALISIS PERMASALAHAN a. Sejarah Bulutangkis Bulutangkis merupakan olahraga untuk pertama kali dimainkan di India. Para perwira Inggris yang sedang bertugas di India kemudian ikut memainkan permainan ini. Pada awal tahun 1870, seorang bangsawan Inggris yang bernama Duke de Beaufort memperkenalkan permainan ini kepada masyarakat bangsawan Inggris di Gloucester. Mulai saat itu olahraga ini mulai dimainkan orang-orang Inggris. Pada tahun-tahun berikutnya olahraga ini dimainkan orang Eropa. Disamping negara-negara Eropa dan Benua Amerika, olahraga bulutangkis juga berkembang di daerah jajahan Inggris di Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Singapura. Bulutangkis masuk ke Indonesia melalui kedua daerah jajahan Inggris tersebut. Bulutangkis mulai dimainkan dan berkembang di Indonesia pada tahun 1930-an. Bulutangkis mulai berkembang secara terorganisir mulia awal tahun 1947 dengan munculnya PORI yang diketuai oleh R.M.S Tri Tjondrokusumo, PORI merupakan organisasi yang mengurusi seluruh kegiatan bulutangkis sebelum berdirinya PBSI pada tahun 1951 . b. Nasionalisme Baru Dalam Bulutangkis Tonggak awal pencetusan paham nasionalisme muncul pada periode 1900-an melalui hadirnya Budi Utomo. Semangat tersebut tercermin dalam isi Sumpah Pemuda. Hal tersebut merupakan titik awal dari kebangkitan etos nasionalisme bangsa. Kemudian, nasionalisme dalam bentuk fasisme “ultra barat” muncul pada era tahun 1937, hal tersebut merupakan wujud nasionalisme yang berbeda dengan nasionalisme pada masa Budi Utomo. Kebersambungan perubahan paham nasionalisme muncul pada masa pendudukan Jepang. Nasionalisme Indonesia berubah drastis dari fasisme menjadi condong kearah “timur”. Setelah itu pada periode 1945 muncul paham nasionalisme yang memiliki arti menentang kolonialisme. Perubahan yang sangat signifikan terjadi pada periode 1960-an. Pada era tersebut nasionalisme hadir bukan untuk melawan kolonialisme, melainkan semangat nasionalisme baru yang muncul dalam olahraga bulutangkis. Hal tersebut terlihat melalui prestasi duta bangsa dalam bidang bulutangkis. Indonesia memperoleh hasil dari buah kerja keras dan semangat untuk memberikan prestasi bagi bangsa pada era 1958-1980. Indonesia mampu mendominasi ajang Thomas Cup (1958-1980) dan seorang Rudy Hartono mampu menjuarai All England sebanyak 8 kali . Dalam merengkuh prestasi Piala Thomas yang pertama materi pemain bulutangkis Indonesia menggunakan 4 pemain yang merupakan keturunan China yaitu Tan Joe Hok, Lie Po Djian, Njoo Kim Bie, dan Tan king gwan. Hal tersebut menunjukan bahwa semangat atau etos nasionalisme bentuk baru yang dimiliki duta bangsa yang notabene merupakan keturunan China berjuang habis-habisan untuk memberikan gelar terhadap Indonesia. Sangat menakjubkan bukan ? Nasionalisme baru yang muncul dalam semangat duta bangsa untuk memberikan gelar bagi kejayaan Indonesia. Ironisnya pada periode 1960-1980 fasilitas olahraga bulutangkis belum semewah dan selengkap sekarang. Dana untuk bertanding dalam ajang piala Thomas di Singapura pun sangat kecil, bahkan bisa dikatakan kekurangan dana. Akhirnya dengan susah payah regu Thomas mendapat suntikan dana dari kalangan terbatas dan simpatisan. Sesampainya di Singapura, pimpinan rombongan menguhubungi Konsulat Rebublik Indonesia untuk meminjam dana, namun permintaan itu ditolak. Semangat juang para pemain tidak menurun walaupun mereka harus berhemat dan mencuci baju sendiri saat di Singapura. Dengan segala keterbatasan regu Thomas Indonesia mampu menjuarai kompetisi tersebut. Mereka memiliki semangat nasionalisme yang sangat tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Semangat juang regu Thomas pada periode 1960-1980 tersebut merefleksikan sebuah etos nasionalisme baru. Nasionalisme dalam bidang olahraga bulutangkis merupakan bentuk lain dari nasionalisme yang dimiliki para pejuang saat melawan kolonialisme. Walaupun dalam segala keterbatasan finansial, tapi para pemain mampu memberikan sesuatu yang gelar yang sangat membanggakan. Rasa cinta terhadap tanah air memberikan kobaran semangat untuk melakukan yang terbaik, semangat yang melintasi etnis, suku, dan ras . 4. KESIMPULAN Dalam bulutungkis muncul sebuah nasionalisme bentuk baru . Nasionalisme baru ini berbeda dengan nasionalisme pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Nasionalisme baru muncul karena suatu semangat ingin memberikan kejayaan dalam bidang bulutangkis internasional. Nasionalisme yang muncul dari para duta bulutangkis Indonesia merupakan sebuah nasionalisme yang melintasi RAS, SUKU, dan ETNIS. Hal tersebut terbukti melalui keberhasilan para duta bangsa kompetisi Thomas cup. Pemain Indonesia yang merengkuh juaa pertama kali memilki materi pemaine yang notabene merupakan keturunan China. Dalam Hal ini dapat saya simpulan bahwa nasionalisme yang tinggi mampu menghadirkan prestasi yang tinggi pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar