Jumat, 08 April 2016

Plesir ke Parijs Van Java, Menjelajah Masa dari Kini ke Kuno


Siapa yang tidak mengenal kota Bandung ? Pasti kalian semua kenal dengan kota yang dimana menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Kota yang terkenal dengan dengan Tim sepak bola dan walikotanya. Yah, benar. Persib Bandung dan Ridwan Kamil memang tak bisa dipisahkan dengan Bandung. Persib Bandung merupakan tim sepak bola nasional yang begitu populer seantero Indonesia, ketika Persib bertanding di kandang, niscaya kota Bandung menjadi lautan yang membiru. Untuk Ridwan Kamil sendiri siapa yang tidak mengenalnya ? walikota yang membuat Bandung kian berwarna dengan taman-tamannya. Dari Taman Super Hero hingga Taman Lansia, semua ada. Saya rasa Bandung menjadi kota yang memiliki ruang berinteraksi sosial yang mumpuni.
Eh,  tapi Bandung tidak hanya tentang Persib Bandung ataupun Kang Emil,sapaan akrab Riwan Kamil. Beberapa hari yang lalu Saya jalan-jalan plesir ke Bandung. Destinasi pertama adalah Museum Geologi. Jika kalian berkunjung ke museum ini, buang jauh-jauh prasangka bahwa museum itu kuno, usang, jadul, dan apalah-apalah itu. Engga percaya ? coba aja deh. Dengan tiket yang hanya tiga ribu rupiah, kita bisa menikmati berbagai macam koleksi bebatuan bumi yang begitu menarik untuk dijelajahi. Museum dengan bangunan megah nan gagah yang sudah berusia ratusan tahun ini begitu interaktif dan menarik. Permainan-permainan semacam dance floor dan simulator gempa akan memberikan pengalaman tersendiri ketika Kita mengunjungi. Jadi, buang-buang jauh kesan kuno yang selama ini menempel pada citra museum.
Destinasi selanjutnya adalah Museum Pos Indonesia. Museum ini tidak terlalu jauh dari Mueseum Geologi, jadi buat para backpacker dan yang suka jalan kaki bisa ditempuh dengan syahdu. Penasaran dengan isinya ? hmm. Museum Pos Indonesia ini menyimpan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan surat menyurat. Ketika Kita masuk kita disuguhi dengan koleksi perangko yang begitu banyak. Bagi anak muda yang lahr di era SMS, kalian bisa mengenang jaman surat menyurat yang kiranya asing bagi kalian. So, museum ini seakan menjadi mesin waktu alat komunkasi jaman dahulu kala.
Setelah asyik belajar di museum, perjalanan saya lanjutkan ke Tangkuban Parahu yang begitu terkenal dengan legenda Sangkuriang. Sangkuriang dalam kisahnya menendang sebuah prahu hingga terbalik menjadi sebuah gunung. Menarik bukan ? Ketika berkunjung ke obyek wisata ini kalian harus membawa jaket dan masker lho. Soalnya suhu di Tangkuban Prahu super dingin dan bau belerang yang menyengat. Di obyek wisata ini kita bisa melihat anggunnya kawah Tangkuban Parahu.
Setelah asyik menikmati  Tangkuban Prahu, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Farm House yang begitu terkenal itu. Denga tiket masuk seharga dua puluh ribu rupiah kita bisa menikmati suasana ala Swiss di Bandung. Tentunya kita juga bisa berselfie ria di  spot yang terkenal tentunya ya “rumah Hobit”. Eh ada yang lupa, tiket Farmhouse tersebut bisa ditukarkan dengan segelas susu ataupun sosis. Hmm, asyik sekali dan murah lagi.
Cape jalan-jalan,sorenya Saya berkunjung ke jalan riau yang terkenal dengan Factory Outlet. Yup, betul. Rasa-rasanya belum ke Bandung kalau belum belanja baju-baju karya anak negeri yang benar-benar kualitasnya tak kalah menarik dengan luar negeri. Warung Misbar menjadi destinasi terakhir sebelum pulang kembali ke Yogyakarta. Misbar ini di desain menarik. Warung ini mirip banget dengan bioskop kalau sekilas di pandang dari luar. Ketika masuk, memang benar menarik ! Kapan lagi kita bisa makan makanan khas sunda sembari menonton film jadulnya, Dono Kasino Indro. Hehehe.
Jadi tak salah bila ada pepatah bahwa Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.

Salam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar