Minggu, 29 Mei 2016

Mencicip Kopilimo di Kaki Gunung Api Purba

Jogja siang ini begitu terik, rasa-rasanya kulit ini seperti dijilat oleh matahari. Hari ini adalah hari Minggu tepat tanggal 1 Mei 2016. Saya janjian dengan kekasih hati saya untuk bertemu, harusnya pertemuan ini terjadi malam Minggu, tapi dikarenakan saya harus menghadiri rapat takmir masjid di dusun maka pertemuan ini mundur 12 jam. Tak apalah.
Kami merencanakan untuk bertemu di sekitar bilangan Patuk Gunung Kidul, Pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan kedeketan lokasi dengan rumah dia. Awalnya kami menyepakati untuk bersua di Bukit Bintang Hargodumilah yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jogja. Tapi setelah dipikir-pikir kurang asyik juga ngobrol berdua di tempat itu pada siang hari. Ceritanya akan berbeda jikalau bertemu malam hari di tempat itu. Saya yakin romantis.
Atas dasar beberapa alasan dan pertimbangan tersebut, kami sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi di sekitar kaki gunung api purba Nglanggeran. Tepat pukul 2 siang sepeda motor saya pacu menuju Nglanggeran. Beberapa kali di sepanjang jalan Wonosari saya mendapati gerombolan supporter tim sepakbola yang awalnya saya kira rombongan buruh yang sedang memperingati MayDay. Tapi dugaan saya salah.
Setelah memacu kendaraan selama kurang lebih 45 menit dari Bantul. Sampai lah di sebuah kedai kopi yang bernama Kopilimo. Kedai ini berada di kiri jalan utama menuju  Nglanggeran. Tepatnya di Pedukuhan Sumber Tetes, Patuk, Gunung Kidul. Kedai Kopilimo ini tepat berada di kaki gunung api purba Nglanggeran. Di lokasi Nampak lengang, pacar saya sudah menunggu dengan senyuman manisnya di salah satu sudut kedai. Di sudut yang lain Nampak pria paruh baya yang sedang asyik dengan gawainya. Di tengah-tengah kedai terdengar gemericik air dari sebuah kolam ikan. 
Bangunan Kedailimo ini berdiri sejak 5 November 2015, dengan konstruksi bambu yang begitu dominan mulai dari kerangka bangunan, atap, gazebo, meja dan kursi.  Untuk lantainya merupakan  perbaduan dari batu putih dan rumput. Asyik sekali bukan, jika kalian ingin bermain tenis meja pun bisa. Nampak sebuah papan tenis meja beserta peralatan bermainnya di depan kedai. Di belakang kedai kelihatannya ada proyek pembangunan homestay yang hampir selesai. Mungkin homestay ini digunakan untuk memfasilitasi para wisatawan yang berkunjung ke Nglanggeran.
Saya akhirnya memesan menu andalan di kedai ini yaitu Kopilimo seperti anjuran dari pacar saya yang pernah kesini sekali sebelumnya dan  untuk camilannya, singkong goreng krispi menjadi pilihan. Sembari menunggu pesanan saya melemparkan pandangan keseluruh penjuru kedai. Enak sekali suasananya. Nyaman, batin saya. Sesekali memandangi Dik pacar yang sedang asyik berselancar di dunia maya.
Pesanan saya datang. Kopilimo ini disajikan menggunakan cangkir yang berasal dari gerabah. Ketika pesanan ini datang bau tanah yang terkena air hujan ikut menyeruak. Wangi ini berasal dari cangkir gerabah yang terkena air hangat. Wangi sekali. Tutupnya pun sama, dari olahan tanah liat yang dibakar.
Untuk Kopilimo sendiri saya susah untuk menggali informasi lebih mendalam karena racikannya merupakan rahasia perusahaan. Begitu kira-kira jawaban dari salah satu karyawan di kedai itu. Tapi saya tak patah arang, saya mencoba menerka lewat  cecapan pertama. Saya menyimpulkan ini merupakan perpaduan dari kopi jenis arabika yang disajikan dengan campuran rempah. Karena pada seruputan kali pertama aroma jahe dan kayu manis seakan mencuri-curi perhatian. Perpaduan tersebut memberikan kehangatan tersendiri ditenggorokan. Nyaman, bagi saya yang kurang menyukai kopi.

Dari segi harga, secangkir Kopilimo ini dihargai dengan nominal tujuhribu rupiah, dan sepiring singkong goring ditebus dengan harga duabelas ribu rupiah.  Sangat terjangkau dan pas untuk dompet. Suasananya pun mendukung untuk mengobrol ngalor-ngidul sembari menikmati suasana khas lereng gunung api purba dengan iringan gemericik air dari kolam ikan. Sungguh sangat pas bagi kami berdua yang sedang beradu rembuk terkait kelanjutan hubungan kedepannya. Maklum kami sudah pacaran selama 5 tahun.     

Hey Kalian Para Jomblo, Mainlah ke Museum

Bulan Mei ini begitu riuh bak pasar malam. Mulai kasus kaos berlogo palu arit hingga penarikan buku-buku kekirian, kemudian  peringatan 19 tahun reformasi, hingga momentum peringatna perihal kebangkitan nasional. Ramai sekali. Keramaian itu tak hanya di sosial media, melainkan juga terjadi di khalayak masyarakat nyata. Dari semua keriuhan yang terjadi itu, ada satu peringatan yang serasa terpinggirkan. Hari Museum Internasional namanya. Ya memang terkesan kurang dilirik dan kurang “mbois”. Ini peringatan internasional lho, sekali lagi internasional, kok sepi-sepi  amat sih di sosial media ? Sampai mana ? ada apa ?
Museum sendiri berdasarkan fungsi sebenarnya sangat mulia. Sebagai sebuah lembaga yang “ non for profit” memiliki tugas sebagai wahana rekreasi, media sumber ilmu pengetahuan, dan sarana mengawal memori bangsa. Mulia sekali bukan. Nah hal-hal ini sangat cocok untuk para jomblo fakir kasih sayang nan nirbelaian untuk berkun jung ke museum. Tanya  kenapa ? berikut ini saya jabarkan 4 alasan kenapa para jomblo wajib bin kudu main ke Museum.
Langsung saja, kita ke alasan yang pertama :
1.      Berkunjunglah ke Museum, Mblo. Niscaya kegantengan dan kecantikanmu naik 7,5 %
Lho kok berkunjung ke museum bisa meningkatkan kadar kegantengan dan kecantikan, apa-apaan ini.
 Jadi begini dengan berkunjung ke museum ilmu pengetahuanmu akan bertambah. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan membuat inner beauty meningkat naik. Kadar kegantengan dan kecantikan kan tidak hanya diukur dari tolok ukur fisik dan materi saja, ada aspek lain yang sebenarnya sangat penting yaitu bernama kecerdasan. Nah ini merupakan aspek yang dan kamu tingkatkan yang tidak memakan biaya yang sangat besar seperti ketika Anda, anda, anda ini harus ke klinik perawatan kulit yang ada di kota. Atau seperti kita harus membeli pakaian yang paling update di outlet-outlet ternama. Bisa-bisa dompet dan ATM kempes semua. Bahaya ini.
Nah ada cara yang murah nan meriah dengan berkunjung ke museum. Kita tahu harga tiket untuk memasuki museum sangat terjangkau. Dari nominal ribuan hingga maksimal puluhan ribu. Selesai berkunjung ilmu pengetahuanmu bertambah dan kamu kelihatan kece. Tak percaya ? coba saja  posting fotomu di sosial media ketika berkunjung ke museum. Rasakan sensasinya.
2.      Berkunjunglah ke Museum, MBlo. Niscaya semangat pantang menyerahmu akan terasah
Semangat pantang menyerah bagi para jomblo ini sangatlah penting nan vital. Mendekati gebetan itu perlu energi semangat yang prima, kalau tak prima proses ini benar-benar akan sangat  melelahkan. Apalagi jikalau calon gebetanmu itu menjadi incara banyak pihak. Semacam Gula pasir sebiji yang dikerubuti 20 semut. Maka daripada itu mainlah ke museum mblo, mainlah ke museum yang bertema perjuangan. Resapi diorama-diorama yang menggambarkan para pahlawan berpeluh keringat dan jatuh bangun memperjuangkan kemerdekaan. Semangatmu akan menyala pastinya. Coba saja deh mblo. Sana.
3.      Untuk para jomblo yang pernah pacaran, mainlah ke museum.
Yang ketiga ini khususon untuk para jomblo yang ditinggal pacarnya menjadi penting untuk berkunjung ke museum. Sebagai tempat menyimpan benda-benda cagar budaya  yang penting untuk peradaban, museum dapat menjalankan peran magisnya, dalam menghidupkan kembali romantisme kenangan yang begitu indah. Bagaikan lorong waktu di tengah-tengah diorama yang sepi dan berpencahayaan pendar. Kenangan-kenangan akan kembali bergelayutan di dalam otak. Menarik-narik  jiwa pemiliknya pada sudut-sudut melankolis. Pokoknya syahdu sekali.  
Tapi untuk para jomblo yang belum pernah sama sekali mendapatkan belaian dari makhluk yang bernama kekasih ruangan diorama ini sangat-sangat cocok untuk kalian. Sepi dan sunyi itu akan mengantarkanmu ke pintu gerbang kenelangsaan.


Saya rasa sudah cukup kuat ketiga alasan itu untuk medorong wahai kalian para jomblo. Terakhir Selamat Hari Museum Internasional di 18 Mei 2016. Tabique.   

Jumat, 15 April 2016

Ibas Adalah Kita

Mas Ibas, apa kabar ? sehat kan, Mas ? Sudah minum kopi pagi ini? Dengar-dengar Sampeyan pas peringatan hari lahir Partai Demokrat tanggal 9 September 2015 kemarin bilang bawasannya banyak khalayak yang rindu dengan kepemimpinan bapak sampeyan ya ? Pak SBY itu. Kurang lebih begini ya mas bunyinya  "Banyak yang rindu dan bilang, 'I want SBY back',"
Saya juga maklum mas. Di tengah krisis global kayak gini yang bikin kondisi ekonomi carut marut emang bikin pikiran kita jauh terbang melayang memasuki masa lalu untuk mencari sesuatu yang indah di waktu lampau. Mungkin romatisme yang paling “ngena” bagi Sampeyan dan orang-orang itu ya pas bapak Sampeyan menjabat presiden. Memang romantisme masa lalu itu bikin kita susah Move On kok mas . Sumpah, memang susah. Susah banget malah.
Hal itu sama kayak kita. Kita-kita yang sudah diwisuda dari bangku pacaran untuk didaulat atawa meyandang gelar sebagai mantan. Sebagai mantan, apalagi yang putus karena terpaksa. Putus dengan berbagai alasan, seperti di tinggal kuliah keluar negeri, ditikung teman sepermainan, hingga diputus dengan alasan klise “mau fokus sekolah” itu bikin hati kita miris. Apalagi si pacar dulu sudah layak kita predikati pacar ideal. Alamak, putus akan berasa seperti kiamat sugra. Dan setelah itu mendapati si Doi sudah jalan dengan pacar yang baru itu seperti kiamat kubra.
Dan oleh sebab itu perkara “move on” menjadi sebuah perkara yang sangat sulit. Serius mas. Bagi kita yang pernah merasakan hal sedemikian ini yang Cuma menginginkan si Doi kembali. Kurang lebih ya sama kayak pernyataan Sampeyan Mas Ibas, “ I want SBY Back”  kalau kita ini yang jomblo-jomblo gegara di tinggal mantan ideal ya pengen memekikan “I want si Doi Back’. Syukur-syukur, Doi back beneran. Melanjutkan mahligai pacaran yang dulu pernah kandas sementara. Tapi ya pasti itu sebuah hal yang susah dan mustahil kalau dia sudah bahagia dengan pria lain.
Maka dari itu kita-kita ini yang sudah bepredikat mantan mulai  belajar “move on”. Romatisme memang manis mas. Apalagi kalau waktu bisa diulang kembali, pasti lagu “Dan” dari Sheila on 7 gak akan seperih itu. Mas Ibas dan orang-oarang yang bilang "Banyak yang rindu dan bilang, 'I want SBY back',"  juga kudu “move on” dari bapak Sampeyan . Pak SBY sudah menjabat sebagai orang nomor satu di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini selama dua periode. Tentunya secara Undang-Undang tidak mengijinkan Pak SBY menjadi presiden lagi. Maka dari itu mari kita “move on” bersama-sama mas. Masa lalu ya buat pelajaran saja, betul gak mas ?
Salam mas.


Jumat, 08 April 2016

Plesir ke Parijs Van Java, Menjelajah Masa dari Kini ke Kuno


Siapa yang tidak mengenal kota Bandung ? Pasti kalian semua kenal dengan kota yang dimana menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Kota yang terkenal dengan dengan Tim sepak bola dan walikotanya. Yah, benar. Persib Bandung dan Ridwan Kamil memang tak bisa dipisahkan dengan Bandung. Persib Bandung merupakan tim sepak bola nasional yang begitu populer seantero Indonesia, ketika Persib bertanding di kandang, niscaya kota Bandung menjadi lautan yang membiru. Untuk Ridwan Kamil sendiri siapa yang tidak mengenalnya ? walikota yang membuat Bandung kian berwarna dengan taman-tamannya. Dari Taman Super Hero hingga Taman Lansia, semua ada. Saya rasa Bandung menjadi kota yang memiliki ruang berinteraksi sosial yang mumpuni.
Eh,  tapi Bandung tidak hanya tentang Persib Bandung ataupun Kang Emil,sapaan akrab Riwan Kamil. Beberapa hari yang lalu Saya jalan-jalan plesir ke Bandung. Destinasi pertama adalah Museum Geologi. Jika kalian berkunjung ke museum ini, buang jauh-jauh prasangka bahwa museum itu kuno, usang, jadul, dan apalah-apalah itu. Engga percaya ? coba aja deh. Dengan tiket yang hanya tiga ribu rupiah, kita bisa menikmati berbagai macam koleksi bebatuan bumi yang begitu menarik untuk dijelajahi. Museum dengan bangunan megah nan gagah yang sudah berusia ratusan tahun ini begitu interaktif dan menarik. Permainan-permainan semacam dance floor dan simulator gempa akan memberikan pengalaman tersendiri ketika Kita mengunjungi. Jadi, buang-buang jauh kesan kuno yang selama ini menempel pada citra museum.
Destinasi selanjutnya adalah Museum Pos Indonesia. Museum ini tidak terlalu jauh dari Mueseum Geologi, jadi buat para backpacker dan yang suka jalan kaki bisa ditempuh dengan syahdu. Penasaran dengan isinya ? hmm. Museum Pos Indonesia ini menyimpan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan surat menyurat. Ketika Kita masuk kita disuguhi dengan koleksi perangko yang begitu banyak. Bagi anak muda yang lahr di era SMS, kalian bisa mengenang jaman surat menyurat yang kiranya asing bagi kalian. So, museum ini seakan menjadi mesin waktu alat komunkasi jaman dahulu kala.
Setelah asyik belajar di museum, perjalanan saya lanjutkan ke Tangkuban Parahu yang begitu terkenal dengan legenda Sangkuriang. Sangkuriang dalam kisahnya menendang sebuah prahu hingga terbalik menjadi sebuah gunung. Menarik bukan ? Ketika berkunjung ke obyek wisata ini kalian harus membawa jaket dan masker lho. Soalnya suhu di Tangkuban Prahu super dingin dan bau belerang yang menyengat. Di obyek wisata ini kita bisa melihat anggunnya kawah Tangkuban Parahu.
Setelah asyik menikmati  Tangkuban Prahu, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Farm House yang begitu terkenal itu. Denga tiket masuk seharga dua puluh ribu rupiah kita bisa menikmati suasana ala Swiss di Bandung. Tentunya kita juga bisa berselfie ria di  spot yang terkenal tentunya ya “rumah Hobit”. Eh ada yang lupa, tiket Farmhouse tersebut bisa ditukarkan dengan segelas susu ataupun sosis. Hmm, asyik sekali dan murah lagi.
Cape jalan-jalan,sorenya Saya berkunjung ke jalan riau yang terkenal dengan Factory Outlet. Yup, betul. Rasa-rasanya belum ke Bandung kalau belum belanja baju-baju karya anak negeri yang benar-benar kualitasnya tak kalah menarik dengan luar negeri. Warung Misbar menjadi destinasi terakhir sebelum pulang kembali ke Yogyakarta. Misbar ini di desain menarik. Warung ini mirip banget dengan bioskop kalau sekilas di pandang dari luar. Ketika masuk, memang benar menarik ! Kapan lagi kita bisa makan makanan khas sunda sembari menonton film jadulnya, Dono Kasino Indro. Hehehe.
Jadi tak salah bila ada pepatah bahwa Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.

Salam. 

Soto Dwi Windu, di Sabtu Pagi


Jumat malam, gawai saya bergetar.  Ternyata ada pesan melalui aplikasi Telegram saya. Pesan itu dari pacar saya, dia mengajak saya untuk berkunjung ke kebun buah naga di pantai Pandansari Bantul. Tanpa pikir panjang plus sebagai lelaki yang takut pacar saya menyanggupinya, Tentunya jika pacar saya mendapatkan jawaban yang tidak ia inginkan akan terjadi “Civil Wars” yang maha dahsyat. Dengan hasil kekalahan telak dipihak saya. Lha Wong saya, bagian dari komunitas “laki-laki takut pacar” Capter Jogja. Sontak langsung saya jawab singkat padat jelas, “Iya sayang, Siap.” Dengan emoticon cium.
Sabtu pagi saya jemput dia, sekiranya pukul 06.00 WIb. Kami berangkat lebih pagi dengan harapan udara pantai dipagi hari tidak terlalu menyengat kulit. Kami pun memacu sepeda motor melintasi aspal jalan Bantul yang masih begitu lengang, belum penuh dengan kendaraan. Dalam perjalanan, setelah melewati perempatan Masjid Agung Bantul, karena kami belum sarapan saya belokan sepeda motor menuju lapangan Dwi Windu bantul untuk sarapan soto. Karena bagi kami sarapan itu bagian hal terpenting untuk menjaga mood pacar saya yang galak itu.
Soto Dwi Windu saya menyebutnya. Ya karena letaknya di area lapangan kebanggaan masyarakat Bantul. Bukan karena warungya telah berusia 16 tahun, apalagi karena menghidangkan satu mangkuk soto butuh waktu dua windu, hehehe. Warung ini berdiri dengan tenda deklit, bukan sebuah warung dengan bangunan yang permanen. Gerobaknya pun menggunakan roda yang bisa didorong. Pagi itu, warung lumayan sepi.  Hanya ada  dua orang bapak-bapak pembeli yang sedang bercakap ria disebelah meja kami. Mereka kelihatannya sudah selesai makan, hal itu terlihat dari mangkuk dan gelas es yang sudah kosong.

Saya memesan dua porsi soto ayam dan wedang jeruk hangat. Dalam benak saya soto ayam dan wedang jeruk hangat menjadi per[aduan yang sempurna di pagi yang cukup dingin kala itu. Tak berapa lama pesanan kami datang. Saya adalah penikmat soto dengan perasan jeruk nipis yang cukup banyak dan nir kecap. Perasan Jeruk nipis tersebut memberikan rasa segar pada kuah soto yang berminyak. Tentunya tak lupa menambah dua tahu susur. Maklum seporsi soto belum mampu mengenyangkan perut. Perbandingannya mirip seperti teori membuat Indomie goreng, satu bungkus kurang, dua bungkus kelebihan. Maka dengan mengambil alternatif dua tahu susur adalah win - win solution.
Berbeda dengan pacar saya, Dia adalah makhluk penganut soto dengan kecap yang begitu kental. Saya pernah mencicipi kuah sotonya, rasa terlalu manis. Tapi saya berpikiran positif, mungkin itu yang membuatnya tampil menjadi seorang gadis manis yang mampu memikat saya selama 5 tahun terakhir.
****
Soto Dwi Windu ini bagi saya enak dan pas di lidah maupun dikantong. Enak dan pas di lidah karena penjualnya menghadirkan sajian soto dengan kuah yang tak begitu kental. Enak dan pas di lidah yang kedua dikarenakan tempat ini menyimpan romatisme masa lalu. Kala SMA sekiranya 7  tahun yang lalu hingga lulus kuliah, tempat ini rutin saya kunjungi setiap Minggu Kliwon selepas berburu unggas di Pasar Bantul. Setelah lulus kuliah dan memiliki kesibukan lain, saya menjadi jarang mengunjungi warung ini, seingat saya terakhir satu tahun yang lalu.
 Memang benar sebuah kenikmatan bukan hanya tergantung pada rasa, tapi melainkan sebuah kenangan masa lalu yang begitu indah. Bagi saya itu termasuk sebuah kenikmatan rasa yang hakiki. Warung soto Dwi Windu ibarat gardu penjaga kenangan pribadi saya. Tak berlebihan. Walaupun daging ayamnya daging ayam potong biasa.
Murah bagi saya, ya memang murah. Dengan menu dua mangkuk soto ayam, dua wedang jeruk anget, dan dua tahu susur. Saya hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 15.000,- . Murah, kan ? Kalau tak percaya silakan mencoba warung ini.
Tak terasa semangkuk soto ayam dihadapan saya telah paripurna, pun dengan segelas wedang jeruk hangat. Saya meilirik sebelah kanan, pacar juga sudah menyelesaiakn santapannya. Tiba saatnya waktu untuk membayar seluruh makanan. Dan kami saling memadang, sekiranya menunggu siapa yang pertama mendatangi penjual untuk membayar. Saya menahan langkah, dengan tujuan biar pacar saya yang membayar. Maklum nanti saya pasti yang mengisi bensin. Akhirnya setelah beberapa detik saling diam dia yang berinisiatif membayar dengan terpaksa. Hingga akhirnya dalam perjalanan menuju pantai pecahlah pertengkaran dijalan akibat siapa yang harus membayar soto tadi. Wassalam.

Selasa, 22 September 2015

Mbantul Penuh Cerita Luka

Bantul ataupun biasanya diucapkan dengan menambahkan huruf m di depannya jadi Mbantul, itulah sebuah nama kabupaten  daerah istimewa yang berada di sebelah tengah selatan pulau Jawa. Sebuah kabupaten dari bagian Kota yang tenar dengan slogan pekikan Jogja Istimewa, sebuah kota yang yang popular dengan angkringan sego kucingnya yang bisa dibeli dengan harga tak lebih dari Rp 2000. Kota yang dikenang “katanya” sebagai kota pelajar gegara sumpah banyak banget kampus di sini, berjejer dari tlatah kaki Gunung Merapi, hingga  sebelah barat pegunungan Menoreh di wilayah Kulon Progo.
            Bagi mahasiswa yang kuliah di Jogja, bantul kota  yang ramah. Ramah banget malahan dalam hal biaya hidup. Apalagi buat mahasiswa perantauan yang dapat uang saku lumayan gede dan kuliah di Jogja, Bantul adalah tempat tinggal yang ideal, jauh dari kebisingan kota Jogja, terus kalau mau cuss ke kampus disekitaran Jogja ya bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit. Buat yang hobi jalan-jalan, bantul punya Parangtritis. Iya sebuah pantai yang sebegitu ternasyhur sampai-sampai Didi Kempot bikin lagu tentang pantai ini.
            Tapi bagi saya, orang yang lahir, tumbuh dan berkembang di Mbantul. Daerah ini menyimpan nanar. Nanar luka yang tak kunjung mongering. Perih banget malah. Lha mau bagaimana, di Mbantul, kisah asmara saya sering kandas. Iya, kandas kayak judul lagu dangdut itu. Di daerah yang terkenal “medog”nya kalau ditayangan FTV ini 7 kali masa pacaran berakhir dengan kepiluan. Berakhir dengan label mantan.  Menjadi mantan ditinggal dengan alasan mau fokus sekolah lah, belum di ijini ortulah, dan berbagai alasan lainnya. Ngenes kan ?
            Memang benar kata pak menteri kita, menteri idola kita, Anis Baswedan . “ Bagi setiap orang yang pernah tinggal di Jogja pasti setuju, setiap sudut kota Jogja itu romantis “ . Inggih Pak memang benar. Setiap sudut kota Jogja itu romatis. Saya sepakat pak, kotanya saja. Tapi tidak untuk kabupaten disebelah selatan kota Jogja, Kabupaten Mbantul. Kabupaten ini penuh nanar luka kegagalan bercinta, tentu saja buat saya, saya secara personal. Gagal bercinta 7 kali disini, perih banget memang.  Maka dari itu, saya lebih sepaham dengan Didi Kempot.
rasane kepengin nangis yen kelingan parangtritis
atine koyo diiris
naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis
ra nyono ra ngiro janjimu jebul mung lamis “
Saya rasa Didi kempot punya ikatan batin yang kuat dengan saya. Sebagai mana Parangtritis yang merupakan bagian dari Bantul, Sama-sama mewakilkan tragisnya luka percintaan,

             

PEDRO DAN CINTA YANG BERTEPUK SEBELAH TANGAN


28 tahun yang lalu tepatnya 28 July 1987, Pedro Rodriguez Ledesma dilahirkan. Di sebuah daerah kecil bernama Santa Cruz. Pria dengan tinggi 169 cm ini kemudian tumbuh menjadi pesepakbola yang luar biasa, bersama sebuah klub yang sering disebut berasal dari planet lain dan berkomposisi penuh dengan makhluk alien. Ya, pedro menjelma sebagai salah satu alien di planet yang bernama Barcelona. Planet yang hanya bisa dijamah oleh Tuhan dan sosok manusia bernama Aritz Aduriz belakangan ini.
            Mengawali karir di Barcelona B setahun setelah Jogja di guncang gempa maha dahsyat 5,9 SR. Pedro langsung “nyetel” dengan Barcelona satelit ini. Bagaimana tidak ? “Pedrito” sapaan khas Pedro di Planet Barcelona ini hanya butuh waktu 2 tahun untuk melejit ke tim utama untuk bersanding dengan mega bintang alien Messi. Selama masa baktinya di Barcelona B, Pedro bermain 55 kali dengan torehan 17 gol. Pencapaian bagus untuk seorang penyerang sayap.
            Kemudian, di tim utama  Barcelona Sang pemuda dari Santa Cruz ini terus bersinar. Bahkan bersinar terang. Sampai akhirnya para alien yang di impor dari planet lain datang. Namanya Neymar dan Suarez, nama terakhir ini identik dengan gigi dan gigitan. Kemudian peran Pedro berubah seperti  kata anggoro berkah dalam tulisannya di lama Pandit Football. Pedro bekerja bak Robin untuk menemani seorang Batman bernama Messi. Datang saat dibutuhkan, setelah itu duduk dibangku cadangan. Terus, terus, dan terus terulang kembali.
            Pada akhirnya hingga kejenuhan itu datang, isu dipertahankannya Pedro terus menjadi tarik ulur. Wabil khusus ketika pemilihan presiden Barcelona yang dihelat beberapa bulan yang lalu. Oleh  Josep Maria Bartomeu, isu memperpanjang kontrak Pedro terus digulirkan alhasil, beliau menang. Tapi Pedro kelihatan lelah di Barcelona, kelihatan betul wajahnya jenuh dan lelah. Hingga akhirnya wanita cantik bernama Manchester United datang, menggodanya dengan kerlingan mata manja-manja aduhai. Media menangkap isu pendekatan itu, maka jadilah Pedro dan Manchester United pasangan media darling. Pedro tetap diam. Seakan tak tertarik dengan kemolekan Manchester United. Pedro tetap diam. Seakan tidak ada rasa diantara mereka. Diam, diam, dan Diam.
            Sampai dimana kemudian tim satu Negara dengan Setan Merah datang. Datang dalam kondisi tercabik-cabik dalam dua laga pembuka Liga Inggris .  1 poin dalam dua laga untuk sang juara bertahan adalah aib, aib yang kudu disucikan. Chelsea tumpul, dua nama besar sekelas Diego Costa dan Radamel Falcao majal. Maka air penyucian didatangkan sesegera mungkin. Namanya Pedro. Pendekatanpun berjalan cepat tanpa terekam media. Dengan kemolekan Chelsea dan ditambah mahar 21,4 juta pound atau setara dengan Rp 468 miliar pedro “klepek-klepek. Dalam akun media sosialnya Pedro bercuit dengan nada optimis  "Saya siap untuk Si Biru (Chelsea). Terima kasih semuanya!". Benar-benar pendekatan dan jatuh cinta yang begitu cepat. Diluar dugaan.
            Jadi bagi para “lajangers” dan “jomblowers” belajarlah dari kisah ini. Kisah memilukan dan menyayat hati bagi Manchester united dan kembalikannya. Kisah penuh romantisme bagi Pedro dan Chelsea. Mblo, pendekatan yang begitu gejar pun belum tentu bisa menaklukan hati si “doi” lho . Jadi belajarlah, belajarlah berusaha dan legowo, itu saja.