Oleh :
Ganang Nur Restu (Edukator Museum Pleret dan Alumni Jurusan Sejarah UGM)
Rabu
(18 Maret 2015) menjadi sebuah cerita kelam ilmu pengetahuan. Bagaimana tidak ?
Museum Nasional Tunisia atau dikenal
dengan Museum Bardo Tunis diserang pasukan bersenjata dan berseragam militer.
Pada penyerangan tersebut setidaknya telah menewaskan 19 orang turis asing yang
sedang berkunjung ke museum tersebut. Dan serangan tersebut terindikasi
dilakukan oleh kelompok militan Islamic State (ISIS).
Museum
Nasional Tunisia ini merupakan salah satu museum terpenting dan terkenal di
wilayah Afrika Utara. Museum ini memiliki koleksi yang begitu lengkap. Koleksi
peninggalan Roma dan Carthagian tersimpan di museum ini dan penting bagi
sejarah peradaban dunia. Selain itu dalam segi pariwiasata penyerangan ini
sangat mempengaruhi perekonomian Tunisia yang sebagian besar ditopang dari
pemasukan pariwisata.
Sebenarnya
penyerangan terhadap situs sejarah bukan kali ini saja dilakukan oleh kelompok
militan Islamic State (ISIS). Sebelumnya pada awal bulan Maret ini, tepatnya pada tanggal 8 Maret
2015 mereka merusak situs arkeologi Khorsabad di Mosul Irak. Tak cuma itu
beberapa hari kemudian ISIS juga menyerang situs Nimrud yang merupakan salah satu monumen penting yang
meyimpan sejarah kerajaan Assyiria (883-859 Sebelum Masehi) . Serangan yang
bertubi-tubi ini seakan- akan inhin menghapuskan ingatan masyarakat dunia akan
kejayaan masa lampau.
Museum
sejatinya merupakan penjaga memori masa lampau sebuah bangsa. Romatisme masa
lampau tersaji dan terawat begitu baik
di dalam sebuah museum sehingga sangat berguna untuk generasi penerus bangsa
yang akan datang. Sebagai tempat media
dan wahana edukasi, disini museum memerankan
posisi yang sangat penting. Sangat disayangkan apabila museum dan
situs-situs tersebut hancur dan meyebabkan generasi mendatang “amnesia”
terhadap sejarahnya sendiri.
Museum
di Indonesia
Museum-museum
di Indonesia saat ini sedang bergairah. Beberapa tahun yang lalu di Indonseia
mulai dicanangkan Gerakan Cinta Museum yang bertujuan untuk kembali
menghidupkan gelora cinta akan sejarah bangsa ini. Bahkan berpuluh-puluh tahun
yang lalu Bapak Proklamator Indonsesia, Bung Karno dengan penuh semangat
menggelorakan Jas Merah, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!. Bahkan di
Yogyakarta mulai digalakan sebuah program yang sudah berjalan beberapa tahun
yang bernama Wajib Kunjung Museum. Program ini ditunjukan untuk pelajar-pelajr
di wilayah Yogyakarta untuk bisa berkunjung ke museum-museum yang berada di
wilayah Yogyakarta secara gratis dan difasilitasi kendaraan. Ini merupakan
sebuah angin segar dalam menjaga romantisme masa lampau dan agar bangsa ini
tidak amnesia dengan sejarahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar