Oleh Ganang Nur Restu (Alumni Jurusan Sejarah UGM)
Rasanya
jenuh,bosan dan miris melihat manuver-manuver para petinggi PSSI dan para
pemangku kekuasaan di negeri tercinta ini. Sepak bola Indonesia tak
henti-hentinya diterpa badai konflik yang begitu luar biasa dasyhatnya. Bukan
prestasi yang mencolok, iya benar alih-alih prestasi dtonjolkan, malah intrik
konflik yang diperankan secara fasih.
Setelah dibekukan oleh Menpora, PSSI
mengambil langkah yang kurang bisa diterima akal sehat dengan menghentikan
liga-liga di Indonesia. Padahal Menpora berjanji akan mengulirkan liga setelah
tim transisi terbentuk. Manuver-manuver para elit ini begitu terlihat arogan.
Bagaimana tidak? Apakah mereka tidak sadar, banyak orang yang menggantungkan
hidupnya pada sepak bola. Menggantungkan kepulan asap dapur pada kulit bundar
Indonesia. Bukan hanya ribuan pemain yang mencari sesuap nasi dari sepakbola,
tetapi juga para penjual angkringan disekitar stadion, para penjual kaos-kaos
tim sepakbola lokal, para pengais rejeki asongan yang biasa menjajakan jajanan
ketika pertandingan di gelar di stadion, para tukang parkir dan masih banyak
yang lainnya.
Dampak lain yang begitunya nyata
adalah mimpi anak-anak kecil yang menempuh sekolah sepak bola ataupun mereka
yang belajar sepak bola secara otodidak akan terpengaruh, bahkan yang ditakutan
menjadi sebuah rasa pesimistis. Para elit seakanmengubur hidup-hidup mimpi
mereka.
Jauh mengitari lorong waktu, sepak
bola kita pernah berjaya. Pernah sebagai wahana melawan penjajah dan memupukan
nasionalisme. Pernah sebagai media silahturami.
Sepakbola pernah menyatukan nasionalisme bangsa ini. Coba ingat ketika
negara ini bertanding melawan Malaysia. Lihat betapa besar dan mati-matian
bangsa ini mendukung timnas yang berlaga. Bahkan pekikan Bung Karno yang dahulu
monumental kembali di pekikan ditribun-tribun stadion. Ganyang Malaysia.
Kini, Stadion lebih mirirp
rumah-rumah kosong yang telah kehilangan jiwanya. Sepi, sunyi,dan meyedihkan.
Kapam drama ini akan berakahir wahai bapak-bapak petinggi dan pemangku
kekuasaan ?. Tolong urai benang kusut sepak bola Indonesia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar