Selasa, 12 Mei 2015

Benang Kusut Sepak Bola Indonesia


Oleh Ganang Nur Restu (Alumni Jurusan Sejarah UGM)
                Rasanya jenuh,bosan dan miris melihat manuver-manuver para petinggi PSSI dan para pemangku kekuasaan di negeri tercinta ini. Sepak bola Indonesia tak henti-hentinya diterpa badai konflik yang begitu luar biasa dasyhatnya. Bukan prestasi yang mencolok, iya benar alih-alih prestasi dtonjolkan, malah intrik konflik yang diperankan secara fasih.
            Setelah dibekukan oleh Menpora, PSSI mengambil langkah yang kurang bisa diterima akal sehat dengan menghentikan liga-liga di Indonesia. Padahal Menpora berjanji akan mengulirkan liga setelah tim transisi terbentuk. Manuver-manuver para elit ini begitu terlihat arogan. Bagaimana tidak? Apakah mereka tidak sadar, banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada sepak bola. Menggantungkan kepulan asap dapur pada kulit bundar Indonesia. Bukan hanya ribuan pemain yang mencari sesuap nasi dari sepakbola, tetapi juga para penjual angkringan disekitar stadion, para penjual kaos-kaos tim sepakbola lokal, para pengais rejeki asongan yang biasa menjajakan jajanan ketika pertandingan di gelar di stadion, para tukang parkir dan masih banyak yang lainnya.
            Dampak lain yang begitunya nyata adalah mimpi anak-anak kecil yang menempuh sekolah sepak bola ataupun mereka yang belajar sepak bola secara otodidak akan terpengaruh, bahkan yang ditakutan menjadi sebuah rasa pesimistis. Para elit seakanmengubur hidup-hidup mimpi mereka.
            Jauh mengitari lorong waktu, sepak bola kita pernah berjaya. Pernah sebagai wahana melawan penjajah dan memupukan nasionalisme. Pernah sebagai media silahturami.  Sepakbola pernah menyatukan nasionalisme bangsa ini. Coba ingat ketika negara ini bertanding melawan Malaysia. Lihat betapa besar dan mati-matian bangsa ini mendukung timnas yang berlaga. Bahkan pekikan Bung Karno yang dahulu monumental kembali di pekikan ditribun-tribun stadion. Ganyang Malaysia.

            Kini, Stadion lebih mirirp rumah-rumah kosong yang telah kehilangan jiwanya. Sepi, sunyi,dan meyedihkan. Kapam drama ini akan berakahir wahai bapak-bapak petinggi dan pemangku kekuasaan ?. Tolong urai benang kusut sepak bola Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar