Sabtu, 22 Juni 2013

IF SBY HAD PLAYED FOOTBALL




            Mungkin para pembaca sekalian telah bosan dengan silang sengkarut dan karut marut sepakbola Indonesia. Begitu pun dengan saya. Ya,satu kata untuk menggambarkan keadaan itu. Jenuh.  Kondisi persepakbolaan di tanah air ini memang penuh gejolak bak kita menaiki “ombak banyu” yang biasanya menjadi wahana favorit ketika mengunjungi pasar malam seperti Skaten yang diadakan di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Namun ada satu hal yang mengusik saya ketika membaca berita tentang masalah yang diderita para “buruh” sepakbola yang bekerja pada PSMS Medan. Kenapa saya menggunakan terminologi “Buruh” untuk menyebut pemain sepakbola? Ya, mereka tak ada bedanya dengan para buruh yang di tindas oleh boss mereka. Bagaimana tidak? Gaji mereka ditunggal selama berbulan-bulan.          
            Keadaan itu membuat mereka harus mengadu ke APPI.  Inilah situasi yang terjadi di persebakbolaan nasional kita.  Ditengah hingar bingar kedatangan tim-tim elite dari luar negeri yang euforianya begitu sangat luar biasa. LIhat saja ketika kedatangan Belanda ,  belum lagi nanti marathon tim-tim berkelas dari EOL bakal  bersilahturahmi ke tanah air. Arsenal, Chelsea, dan Liverpool bakal tebar pesona. Belum lagi Spanyol dan Brasil yang “katanya”juga mau berkunjung ke Indonesia.
            Gemerlap dan euphoria itu hanya Nampak pada kulitnya saja. Jika kulit-kulit itu dikupas maka akan terlihat nanah –nanah persepakbolaan Indonesia yang harus segara diobati. Kalau tidak, sepakbola Indonesia akan semakin kritis, permasalahan gaji, mafia, pengaturan skor akan tetap menjadi sebuah “penyakit” yang akan menimbulkan komplikasi yang semakin parah.
            Jika saya boleh berandai-andai, saya akan mengandaikan preseiden kita  sebagai pemain bola yang megalami kondisi seperti pemain PSMS yang tak mendapat “upah” dari jerih payahnya bermain bola. Apa yang akan beliau lakukan?  Tetapi kelihatannya SBY lebih menyukai olah raga bola volley daripada sepakbola. Coba saja anda berkunjung ke Taman Pintar Yogyakarta. Masiuklah gedung Memorabilia, tepatya di zona kepresidenan. Disana terpampang kemegahan baju olah raga volley  beliau berwarna biru dengan nomor 9 terpampang jelas bersama bola volley merk Mikasa dengan di damping gitar dan album lagu-lagu yang diciptakan beliau bersama buku puisi.  Sebuah display yang menarik.
            Ya mungkin dari display itu tersampaikan pesan bahwa pak SBY lebih hobi bermain volley daripada bermain sepak bola. Mungkin. Jika beliau punya waktu luang, saya beliau mau menyemptkan waktu untuk melihta pertandingan ke daerah-daerah, merasakan aura pertandingan tim-tim yang berlaga di kompetisi-kompetisi di Indonesia.tidak hanya menyaksikan pertandingan-pertandingan “monumental” timnas saja. 
            Jadi tidak ada salahnya bukan? Jika saya membayangkan seorang SBY bermain sepakbola atawa menjadi seorang yang menggilai olah raga yang paling di gandrungi oleh mayoritas penduduk di muka bumi ini. Pasti beliau juga akan merasakan sebuah rasa miris dan sedih  terhadap situasi sepakbola Indonesia sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar