Mungkin para pembaca sekalian telah
bosan dengan silang sengkarut dan karut marut sepakbola Indonesia. Begitu pun
dengan saya. Ya,satu kata untuk menggambarkan keadaan itu. Jenuh. Kondisi persepakbolaan di tanah air ini
memang penuh gejolak bak kita menaiki “ombak banyu” yang biasanya menjadi wahana
favorit ketika mengunjungi pasar malam seperti Skaten yang diadakan di
Alun-Alun Utara Yogyakarta. Namun ada satu hal yang mengusik saya ketika
membaca berita tentang masalah yang diderita para “buruh” sepakbola yang
bekerja pada PSMS Medan. Kenapa saya menggunakan terminologi “Buruh” untuk
menyebut pemain sepakbola? Ya, mereka tak ada bedanya dengan para buruh yang di
tindas oleh boss mereka. Bagaimana tidak? Gaji mereka ditunggal selama
berbulan-bulan.
Keadaan itu membuat mereka harus
mengadu ke APPI. Inilah situasi yang
terjadi di persebakbolaan nasional kita.
Ditengah hingar bingar kedatangan tim-tim elite dari luar negeri yang
euforianya begitu sangat luar biasa. LIhat saja ketika kedatangan Belanda
, belum lagi nanti marathon tim-tim
berkelas dari EOL bakal bersilahturahmi
ke tanah air. Arsenal, Chelsea, dan Liverpool bakal tebar pesona. Belum lagi
Spanyol dan Brasil yang “katanya”juga mau berkunjung ke Indonesia.
Gemerlap dan euphoria itu hanya
Nampak pada kulitnya saja. Jika kulit-kulit itu dikupas maka akan terlihat
nanah –nanah persepakbolaan Indonesia yang harus segara diobati. Kalau tidak,
sepakbola Indonesia akan semakin kritis, permasalahan gaji, mafia, pengaturan skor
akan tetap menjadi sebuah “penyakit” yang akan menimbulkan komplikasi yang
semakin parah.
Jika saya boleh berandai-andai, saya
akan mengandaikan preseiden kita sebagai
pemain bola yang megalami kondisi seperti pemain PSMS yang tak mendapat “upah”
dari jerih payahnya bermain bola. Apa yang akan beliau lakukan? Tetapi kelihatannya SBY lebih menyukai olah
raga bola volley daripada sepakbola. Coba saja anda berkunjung ke Taman Pintar
Yogyakarta. Masiuklah gedung Memorabilia, tepatya di zona kepresidenan. Disana
terpampang kemegahan baju olah raga volley
beliau berwarna biru dengan nomor 9 terpampang jelas bersama bola volley
merk Mikasa dengan di damping gitar dan album lagu-lagu yang diciptakan beliau
bersama buku puisi. Sebuah display yang
menarik.
Ya mungkin dari display itu
tersampaikan pesan bahwa pak SBY lebih hobi bermain volley daripada bermain
sepak bola. Mungkin. Jika beliau punya waktu luang, saya beliau mau menyemptkan
waktu untuk melihta pertandingan ke daerah-daerah, merasakan aura pertandingan
tim-tim yang berlaga di kompetisi-kompetisi di Indonesia.tidak hanya
menyaksikan pertandingan-pertandingan “monumental” timnas saja.
Jadi tidak ada salahnya bukan? Jika
saya membayangkan seorang SBY bermain sepakbola atawa menjadi seorang yang menggilai
olah raga yang paling di gandrungi oleh mayoritas penduduk di muka bumi ini.
Pasti beliau juga akan merasakan sebuah rasa miris dan sedih terhadap situasi sepakbola Indonesia
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar