Sabtu, 22 Juni 2013

Balbalan Indonesia Rasa Italia




“Ini Bantul Projotamansari, Ini Bantul Projotamansari”
“bukan Itali, Bukan Itali”
“Ini Bantul Projotamansari, Ini Bantul Projotamansari”
“bukan Itali, Bukan Itali”
            Lirik lagu yang kurang lebih seperti diatas bergema   di tribun stadion Sultan Agung Bantul, kala Persiba Bantul menggelar laga kandang. Lagu ini di dendangkan oleh para Paser Bumi – sebutan untuk para pendukung kesebelasan di selatan wilayah Yogyakarta ini. Mungkin lagu itu adalah “sapaan” yang digunakan Paser Buni kepada Curva Nord Famiglia. Curva Nord Famiglia merupakan salah satu supporter yang mendukung tim persiba Bantul. Lagu itu kemudian membuat penasaran saya akan ada apa dan bagaimana hubungan sepakbola Indonesia dengan Italia. Rasa-rasanya sepakbola Indonesia memiliki suatu kedekatan yang  berbeda dengan Italia, dibanding kedekatan-kedekatan sepakbola dengan negeri lainnya. Semisal Brasil, Inggris ataupun Spanyol.Brasil sendiri dikenal sebagai penghasil pemain-pemain top dunia, sedangkan Inggris begitu popular dengan “Kick n Rush”nya, dan yang terakhir, Spanyol adalah juara dunia sekaligus juara Eropa yang dihuni tim Barcelona dan Real  Madrid.
            Liga Italia sendiri sejauh pengetahuan penulis termasuk jajaran liga yang popular di dunia. Hal itu terbukti dengan bercokolnya tim-tim seperti Ac Milan, Juventus, Inter Milan, maupun As Roma yang telah berprestasi di kancah persepakbolaan Eropa maupun Dunia. Iya Italia memang sebuah Negara hebat dengan tim-tim hebat pula di dalamnya. Namun pada tahun 2006 sepakbola Italia terkena skandal yang popular dengan Istilah Calciopoli. Lalu kenapa sepakbola Indonesia begitu memiliki kedekatan emosional maupun cultural dengan sepakbola Indonesia?
            Sepakbola Italia berkenalan dengan Indonesia ketika awal tahun 1990an, sejauh pengetahuan penulis, kala itu Serie-A (kompetisi tertinggi di Italia) mulai ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia. Liga Italia kemudian mempunyai tempat tersendiri di hati penikmat tayangan sepakbola. Mungkin juga istilah-istilah yang digunakan komentator pertandingan sepakbola Liga Indonesia juga terpengaruh kultur sepakbola Italia. Istilah Istilah Capolista, El Capitano menjadi begitu familier didengarkan oleh telinga para penikmat sepakbola Indonesia. Selain itu munculnya Ultras sebagai salah satu wadah supporter sepakbola Indonesia, saya rasa menjadi salah satu bentuk pengaruh kultur sepakbola Italia di Indonesia. Bagaimana tidak? Lagi-lagi sejauh pengetahuan penulis Ultras juga begitu popular di Italia dengan kreativitas yang kemudian menjadi identitas mereka.Di Indonesia pun begitu Ultras yang biasanya memiliki nama beragam  di setiap tim sepakbola juga memberikan dukungan dengan menarik dan kreatif.
            Dilihat dari sisi strategi dilapangan formasi 3-5-2 pernah begitu lama popular di ranah sepak bola nasional. Tim-tim yang bermain di Liga Indonesia pada periode 1990an hingga pertengahan 2000an kerap menggunakan formasi ini. Diranah sepakbola Italia sendiri formasi seperti ini memang popular dengan sebutan cattenaccio. Apalagi pada masa Milan era Franco Baresi. Sistem 1 Libero ini terbukti ampuh kala periode tersebut. Dari hal-hal tersebut memang terlihat bagaimana sepakbola Indonesia begitu dekat dengan Italia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar