“Ini
Bantul Projotamansari, Ini Bantul Projotamansari”
“bukan
Itali, Bukan Itali”
“Ini
Bantul Projotamansari, Ini Bantul Projotamansari”
“bukan
Itali, Bukan Itali”
Lirik
lagu yang kurang lebih seperti diatas bergema
di tribun stadion Sultan Agung
Bantul, kala Persiba Bantul menggelar laga kandang. Lagu ini di dendangkan oleh
para Paser Bumi – sebutan untuk para pendukung kesebelasan di selatan wilayah
Yogyakarta ini. Mungkin lagu itu adalah “sapaan” yang digunakan Paser Buni
kepada Curva Nord Famiglia. Curva Nord Famiglia merupakan salah satu supporter
yang mendukung tim persiba Bantul. Lagu itu kemudian membuat penasaran saya
akan ada apa dan bagaimana hubungan sepakbola Indonesia dengan Italia.
Rasa-rasanya sepakbola Indonesia memiliki suatu kedekatan yang berbeda dengan Italia, dibanding
kedekatan-kedekatan sepakbola dengan negeri lainnya. Semisal Brasil, Inggris
ataupun Spanyol.Brasil sendiri dikenal sebagai penghasil pemain-pemain top
dunia, sedangkan Inggris begitu popular dengan “Kick n Rush”nya, dan yang
terakhir, Spanyol adalah juara dunia sekaligus juara Eropa yang dihuni tim
Barcelona dan Real Madrid.
Liga Italia sendiri sejauh
pengetahuan penulis termasuk jajaran liga yang popular di dunia. Hal itu
terbukti dengan bercokolnya tim-tim seperti Ac Milan, Juventus, Inter Milan,
maupun As Roma yang telah berprestasi di kancah persepakbolaan Eropa maupun
Dunia. Iya Italia memang sebuah Negara hebat dengan tim-tim hebat pula di
dalamnya. Namun pada tahun 2006 sepakbola Italia terkena skandal yang popular
dengan Istilah Calciopoli. Lalu kenapa sepakbola Indonesia begitu memiliki
kedekatan emosional maupun cultural dengan sepakbola Indonesia?
Sepakbola Italia berkenalan dengan
Indonesia ketika awal tahun 1990an, sejauh pengetahuan penulis, kala itu
Serie-A (kompetisi tertinggi di Italia) mulai ditayangkan oleh salah satu
stasiun televisi di Indonesia. Liga Italia kemudian mempunyai tempat tersendiri
di hati penikmat tayangan sepakbola. Mungkin juga istilah-istilah yang digunakan
komentator pertandingan sepakbola Liga Indonesia juga terpengaruh kultur
sepakbola Italia. Istilah Istilah Capolista, El Capitano menjadi begitu
familier didengarkan oleh telinga para penikmat sepakbola Indonesia. Selain itu
munculnya Ultras sebagai salah satu wadah supporter sepakbola Indonesia, saya
rasa menjadi salah satu bentuk pengaruh kultur sepakbola Italia di Indonesia.
Bagaimana tidak? Lagi-lagi sejauh pengetahuan penulis Ultras juga begitu
popular di Italia dengan kreativitas yang kemudian menjadi identitas mereka.Di
Indonesia pun begitu Ultras yang biasanya memiliki nama beragam di setiap tim sepakbola juga memberikan
dukungan dengan menarik dan kreatif.
Dilihat dari sisi strategi
dilapangan formasi 3-5-2 pernah begitu lama popular di ranah sepak bola
nasional. Tim-tim yang bermain di Liga Indonesia pada periode 1990an hingga
pertengahan 2000an kerap menggunakan formasi ini. Diranah sepakbola Italia
sendiri formasi seperti ini memang popular dengan sebutan cattenaccio. Apalagi
pada masa Milan era Franco Baresi. Sistem 1 Libero ini terbukti ampuh kala
periode tersebut. Dari hal-hal tersebut memang terlihat bagaimana sepakbola
Indonesia begitu dekat dengan Italia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar