Selasa, 19 Februari 2013

Makassar- Australia : Sebuah Hubungan Melalui Sistem Maritim

Awalnya, berita tertua yang mencatat perjalanan berupa pelayaran orang-orang Bugis ke Australia menurut A.A Cense adalah berupa pengetahuan yang dia temukan melalui laporan perjalanan yang diterbitkan oleh Alexander Darlymple pada tahun 1788. Pedagang Inggris itu mengatakan mengenai pelayaran-pelayaran yang sangat jauh telah dilakukan oleh oran Bugis. Pelayaran tersebut mencakup Papua dan New Holland (Australia). Tetapi fakta tersebut tidaklah cukup kuat dan cenderung membesar-besarkan menurut A A Cense.
Berita yang lebih meyakinkan mengenai pelayaran orang Bugis dan Makassar ke Australia di dapatkan dari Thomas Forrest. Forrest menjelaskan mengenai motif pelayaran orang-orang Bugis ke Pantai Utara Australia yang kemungkinan besar adalah teluk Carpentaria adalah untuk mencari tripang. Kapal-kapal Cina yang menjadi tengkulak tripang biasanya siap menampung hasil buruan mereka. Berita dari Thomas Forrest juga menyinggung adanya emas di wilayah Australia bagian utara.
Berita yang kedua yang meyakinkan A A Cense adalah penjelasan dari Matthew Flinders. Flinders mengunjungi Australia pada tahun 1802 dan 1803. Kunjungan tersebut difokuskan pada wilayah pantai utara Australia dan teluk Carpentaria. Dalam penyelidikan Flinders, dirinya menemukan bukti-bukti bahwa pengaruh-pengaruh asing telah muncul diwilayah tersebut. Adanay beberapa pohon yang ditebang menggunakan kapak dan ditemukannya pecahan-pecahan kendi diwilayah tersebut. Di beberapa pulau kecil Flinders menemukan bukti-bukti berupa adanya topi anyaman bambu, topi daun palma yang dijahit menggunakan benang, kapas bekas celana dan bagian-bagian dari tubuh kapal yang diletakan di wilayah itu semakin mengkuatkan bahwa ada pengaruh asing diwilayah pantai utara Australia. Flinders pada 17 Februari 1803, megalami pertempuran dengan enam buah kapal melayu. Setelah dilakukan perundingan diketahui bahwa kapal-kapal melayu itu berasal dai Sulawesi Selatan. Menurut salah satu informan yang berasal dari kapal-kapal melayu yang bernama Pobassoo, dijelaskan bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok besar yang terdiri dari enampuluh kapal yang khusus berlayar ke pantai utara Australia dan teluk Carpentaria untuk mencari tripang. Kelopok besar tersebut dipimpin oleh Sallo dibawah perintah kerajaan Bugis. Sistem yangdilakukan kelompk besar itu adalah menyebar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pobassoo dalam jangka waktu 20 tahun telah melakukan pelayaran ke pantai utara Asutralia dan sekitar teluk Carpentaria dengan tujuan serupa sebanyak 6-7 kali.
Ketika Flinders melakukan pelayaran di sekitar Kupang, dia menemukan Informasi mengenai kelompok pencari tripang yang Berasal dari Bugis dan Makassar dai penduduk setempat. Informasi yang didapat Pobasso adalah bahwa orang-oran Bugis juga pernah mencari tripang diwilayah pulau Rote dan Jawa. Setekah pelayarn di wilayah Rote dan Jawa, kapal-kapal bugis tersebut berlayar ke pantai utara Australia yang memiliki tripang dalam jumlah yang massive.
Pada tahun 1803 wilayah pantai utara Australia diteliti oleh Perancis. Berdasarkan dari keterangan F. Peron dan L. Freyncinet bahwa pada bulan April 1803 telah terjadi perjumpaan dengan kapal-kapal Melayu yang berjumlah sekitar 24 atau 26 kapal di dekat pulau Cassini. Selanjutnya , perjalanan –perjalanan yang dilakukan Philip P. King ( 1818-1822) menemukan kapal Melayu disekitar pualau Sims yang mencari tripang. King kemudian menggunakan kunjungan ke kupang untuk mencari informasi lebih jauh mengenai pencarian tripang yang dilakukan oleh kapal-kapai Bugis. Didapatkan Informasi dai Doramang bahwa setelah tiba diperairan Australia , kapal-kapal tersebut berlayar menuju kearah timur dengan meninggalakan 15 atau 16 perahu diwilayah tersebut.
Baron van der Capellen dalam catatan hariannya tentang para pedagang tripang dari Makassar menyebutkan bahwa para pedagang tersebut mengunjngi Australia sejak lama , bahkan sejaka Belanda belum mengunjungi Makassar. Selain itu catatan terpenting lainnya adalah berita dari J.N. Vosmaer yang pada tahun 1831 dan 1834 mengunjungi Kendari. Disana terdapat Suku Bajo yang mengenal Tripang Marege ( berasal dari Australia bagian utara) dan Tripang Jawa.
Alhasil Kehidupan masyarakat Australia bagian utara sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya para penangkap tripang yang berasal dari Makassar. Pengaruhnya berupa teknik pembuatan kapal dengan menggunakan batang pohon dan dilengkapi layar merupakan teknik gaya Makassar. Kemudian adanya pohon asem yang ditanam oleh pencari tripang asal Makassar menjadi bukti yang jelas di lengkapi adanya barang-barang logam khas Makassar yang kemingkinan besar melalui proses barter sehingga barang-barang tersebut dapat menjadi milik warga pribumi Australia bagian utara. Dalam hal bahasa, bahasa yang sering digunakan suku-suku di Australia bagian utara dikenal dengan “pidgin Malay” ternyata banyak mengandung unsur bahasa Makassar. Dalam pembuatan nama, juga sering kali sedikit p\banak terpengaruh oleh nama-nama dari Makassar.

Sumber :
Cense, A dkk, Pelajaran dan Pengaruh Kebudajaan Makassar-Bugis di Pantai Utara Australia, Djakarta : Bharata, 1972

Tidak ada komentar:

Posting Komentar