Awalnya,
berita tertua yang mencatat perjalanan berupa pelayaran orang-orang
Bugis ke Australia menurut A.A Cense adalah berupa pengetahuan yang
dia temukan melalui laporan perjalanan yang diterbitkan oleh
Alexander Darlymple pada tahun 1788. Pedagang Inggris itu mengatakan
mengenai pelayaran-pelayaran yang sangat jauh telah dilakukan oleh
oran Bugis. Pelayaran tersebut mencakup Papua dan New Holland
(Australia). Tetapi fakta tersebut tidaklah cukup kuat dan cenderung
membesar-besarkan menurut A A Cense.
Berita
yang lebih meyakinkan mengenai pelayaran orang Bugis dan Makassar ke
Australia di dapatkan dari Thomas Forrest. Forrest menjelaskan
mengenai motif pelayaran orang-orang Bugis ke Pantai Utara Australia
yang kemungkinan besar adalah teluk Carpentaria adalah untuk mencari
tripang. Kapal-kapal Cina yang menjadi tengkulak tripang biasanya
siap menampung hasil buruan mereka. Berita dari Thomas Forrest juga
menyinggung adanya emas di wilayah Australia bagian utara.
Berita
yang kedua yang meyakinkan A A Cense adalah penjelasan dari Matthew
Flinders. Flinders mengunjungi Australia pada tahun 1802 dan 1803.
Kunjungan tersebut difokuskan pada wilayah pantai utara Australia dan
teluk Carpentaria. Dalam penyelidikan Flinders, dirinya menemukan
bukti-bukti bahwa pengaruh-pengaruh asing telah muncul diwilayah
tersebut. Adanay beberapa pohon yang ditebang menggunakan kapak dan
ditemukannya pecahan-pecahan kendi diwilayah tersebut. Di beberapa
pulau kecil Flinders menemukan bukti-bukti berupa adanya topi anyaman
bambu, topi daun palma yang dijahit menggunakan benang, kapas bekas
celana dan bagian-bagian dari tubuh kapal yang diletakan di wilayah
itu semakin mengkuatkan bahwa ada pengaruh asing diwilayah pantai
utara Australia. Flinders pada 17 Februari 1803, megalami pertempuran
dengan enam buah kapal melayu. Setelah dilakukan perundingan
diketahui bahwa kapal-kapal melayu itu berasal dai Sulawesi Selatan.
Menurut salah satu informan yang berasal dari kapal-kapal melayu yang
bernama Pobassoo, dijelaskan bahwa mereka merupakan bagian dari
kelompok besar yang terdiri dari enampuluh kapal yang khusus berlayar
ke pantai utara Australia dan teluk Carpentaria untuk mencari
tripang. Kelopok besar tersebut dipimpin oleh Sallo dibawah perintah
kerajaan Bugis. Sistem yangdilakukan kelompk besar itu adalah
menyebar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pobassoo dalam jangka
waktu 20 tahun telah melakukan pelayaran ke pantai utara Asutralia
dan sekitar teluk Carpentaria dengan tujuan serupa sebanyak 6-7 kali.
Ketika
Flinders melakukan pelayaran di sekitar Kupang, dia menemukan
Informasi mengenai kelompok pencari tripang yang Berasal dari Bugis
dan Makassar dai penduduk setempat. Informasi yang didapat Pobasso
adalah bahwa orang-oran Bugis juga pernah mencari tripang diwilayah
pulau Rote dan Jawa. Setekah pelayarn di wilayah Rote dan Jawa,
kapal-kapal bugis tersebut berlayar ke pantai utara Australia yang
memiliki tripang dalam jumlah yang massive.
Pada
tahun 1803 wilayah pantai utara Australia diteliti oleh Perancis.
Berdasarkan dari keterangan F. Peron dan L. Freyncinet bahwa pada
bulan April 1803 telah terjadi perjumpaan dengan kapal-kapal Melayu
yang berjumlah sekitar 24 atau 26 kapal di dekat pulau Cassini.
Selanjutnya , perjalanan –perjalanan yang dilakukan Philip P. King
( 1818-1822) menemukan kapal Melayu disekitar pualau Sims yang
mencari tripang. King kemudian menggunakan kunjungan ke kupang untuk
mencari informasi lebih jauh mengenai pencarian tripang yang
dilakukan oleh kapal-kapai Bugis. Didapatkan Informasi dai Doramang
bahwa setelah tiba diperairan Australia , kapal-kapal tersebut
berlayar menuju kearah timur dengan meninggalakan 15 atau 16 perahu
diwilayah tersebut.
Baron
van der Capellen dalam catatan hariannya tentang para pedagang
tripang dari Makassar menyebutkan bahwa para pedagang tersebut
mengunjngi Australia sejak lama , bahkan sejaka Belanda belum
mengunjungi Makassar. Selain itu catatan terpenting lainnya adalah
berita dari J.N. Vosmaer yang pada tahun 1831 dan 1834 mengunjungi
Kendari. Disana terdapat Suku Bajo yang mengenal Tripang Marege (
berasal dari Australia bagian utara) dan Tripang Jawa.
Alhasil
Kehidupan masyarakat Australia bagian utara sedikit banyak
dipengaruhi oleh budaya para penangkap tripang yang berasal dari
Makassar. Pengaruhnya berupa teknik pembuatan kapal dengan
menggunakan batang pohon dan dilengkapi layar merupakan teknik gaya
Makassar. Kemudian adanya pohon asem yang ditanam oleh pencari
tripang asal Makassar menjadi bukti yang jelas di lengkapi adanya
barang-barang logam khas Makassar yang kemingkinan besar melalui
proses barter sehingga barang-barang tersebut dapat menjadi milik
warga pribumi Australia bagian utara. Dalam hal bahasa, bahasa yang
sering digunakan suku-suku di Australia bagian utara dikenal dengan
“pidgin Malay” ternyata banyak mengandung unsur bahasa Makassar.
Dalam pembuatan nama, juga sering kali sedikit p\banak terpengaruh
oleh nama-nama dari Makassar.
Sumber :
Cense,
A dkk, Pelajaran
dan Pengaruh Kebudajaan Makassar-Bugis di Pantai Utara Australia,
Djakarta
: Bharata, 1972
Tidak ada komentar:
Posting Komentar