“ Ditengah
permasalahan yang pelik pasti ada nilai-nilai positif yang dapat
dipetik”
-Anonim
Pernyataan
diatas adalah sebuah wujud optimisme dalam menghadapi masalah. Semoga
para petinggi otoritas sepakbola di Indonesia menyadari itu. Rakyat
menjadi jenuh ketika benang kusut kekisruhan PSSI ini tak kunjung
terurai. Sudah berbulan-bulan polemik ini berjalan. Titik terang
belum juga nampak kepermukaan.
Awal
prahara ini berawal dari kekalutan rezim Nurdin Halid dalam membawahi
organisasi yang mengurusi sepakbola di Indonesia ini. Mungkin jika
rezim tersebut lebih bijak dalam menghadapi kemauan masyarakat, pasti
polemik seperti ini tidak akan terjadi. Ketika rezim Nurdin Halid
runtuh, angin segar berhembus. Harapan sepakbola Indonesia akan lebih
baik mencuat kepermukaan. Beban itu kemudian diterima oleh Djohar
Arifin cs yang diangkat melalui kongres Solo. Seiring berjalannya
waktu maneuver-manuver dari Djohan Arifin Cs mendapat penentangan
dari masyarakat.Setelah itu timbul suara-suara sumbang yang ingin
menjatuhkan kepemimpinan Djohar Arifin. Kelompok Penyelamat Sepakbola
Indonesia muncul sebagai puncak ketidakpuasaan terhadap PSSI yang
berkuasa, maka lahirlah PSSI versi Ancol. Dualisme kepengurusan ini
menimbulkan wacana mengenai sangsi FIFA terhadap sepakbola Indonesia.
Dari
semua polemik yang telah membelenggu PSSI itu menghadirkan
kritik-kritik terhadap PSSI mengalir deras. Kepeduliaan berbagai
elemen masyarakat terhadap PSSI semakin menguat.PSSI menyita
perhatian masyarakat Indonesia. Namun ditengah masalah yang pelik
yang membelenggu PSSI, ada nilai-nilai positif yang dapat dipetik.
Nilai-nilai tersebut antara lain : Berkah bahwa di Indonesia melimpah
sumberdaya manusia yang ingin memajukan sepakbola Indonesia, Berkah
dua kompetisi yang berjalan beriringan akan memudahkan PSSI membentuk
timnas yang tangguh, dan yang terakhir adalah berkah hukuman FIFA
semoga segera terwujud.
Melihat
perjalanan polemik sepakbola Indonesia yang telah mencuat lama,
terlihat bahwa banyak para insan sepakbola Indonesia yang sangat
peduli dengan sepakbola Indonesia, Buktinya para petinggi yang sangat
peduli dengan sepakbola Indonesia berebut untuk membuat sepakbola
Indonesia menjadi lebih baik. Mereka mencurahkan waktu, energi, dan
materi untuk sepakbola Indonesia yang lebih baik. Andaikan saja
mereka bersatu, pasti PSSI memiliki kekauatan besar dalam memperbaiki
sepakbola Indonesia. Curahan waktu, energi dan tentunya materi akan
membentuk iklim kompetisi maupun pembinaan bibit-bibit muda Indonesia
menjadi semakin kuat. Bayangkan saja jika PSSI versi Solo dan PSSI
versi Ancol bersatu, pasti sepakbola Indonesia akan menjadi lebih
baik.
Dualisme
kompetisi antara ISL dan IPL harus disikapi secara positif juga.
Penyikapan secara positif akan berimplikasi baik terhadap pembentukan
timnas yang kuat. Bukankah cita-cita tertinggi pesepakbola adalah
membela negaranya dalam berbagai ajang? .Jika hal ini terjadi
pastilah timnas Indonesia akan semakin kuat. Pelatih bisa memilih
dengan leluasa para pemain terbaik di tanah air dari kedua kompetisi
tersebut. Persaingan untuk mengenakan jersey garuda di dada akan
semakin ketat, dan implikasinya akan berimbas pada kerangka timnas
yang bagus.Brasil yang merupakan negara dengan dualism kompetisi
buktinya mampu berbicara banyak dilevel dunia. Mengapa kita tidak
belajar dari Brasil yang memiliki dualisme kompetisi? Bukan malah ada
oknum klub tertentu melarang pemainnya untuk membela timnas.
Lagi-lagi ini hanya menjadi sebuah pengandaian yang belum tentu
terwujud.
Berkah
yang ketiga adalah sanksi FIFA. Kondisi sepakbola Indonesia yang
karut marut ini mengakibatkan wacana tentang sanksi FIFA. Sangat
kecil kemungkinan yang ada untuk Indonesia agar tidak diberi sanksi.
Hal itu dikarenakan FIFA telah sejak lama memberikan toleransi kepada
PSSI agar membenahi dualisme yang ada. Kenapa sanksi FIFA menjadi
anugerah dan berkah? Dengan diberikan sanksi terhadap Indonesia maka
secara otomatis para petinggi PSSI kedua versi itu sadar. Kesadaran
itu niscaya akan membuat rekonsiliasi berjalan dengan baik.
Ketika sanksi itu
diberlakukan maka PSSI dapa membenahi elemen-elemen dalam sepakbola
Indonesia. Pembenahan yang pertama adalah dalam system kepengurusan.
Hal ini menjadi utama karena awal dalam membentuk iklim sepakbola
yang baik berawal dari sini. Pembenahan yang kedua adalah dalam
system pembinaan usia muda. Bukankah pemain-pemain yang membela
timnas juga pernah mengalami usia muda dalam bermain sepakbola.
Prestasi menjadi hal yang tidak bisa dipaksakan secara instan. Kita
bisa berkaca dari Spanyol yang kini menguasai sepakbola dunia baik di
tingkat negara maupun klub. Tingkat Negara, Spanyol mampu menjuarai
Euro dan Piala dunia secara kronologis. Spanyol melakukan itu dengan
pembinaan pemain muda yang terkoordinir dengan baik. Pembenahan yang
ketiga adalah pada tataran kompetisi. Kompetisi menjadi salah satu
elemen penting dalam perkembangan pemain. Kompetisi yang sehat dan
ketat akan menghasilkan pemain-pemain handal untuk membela timnas.
Pembenahan terakhir adalah dibidang infrastruktur yaitu stadium dan
perlengkapan latihan yang memadai akan membentuk Indonesia sebagai
negara kuat dalam sepakbola dunia.
Semoga
Berkah dalam praharai PSSI ini benar-benar terwujud sehingga
sepakbola Indonesia akan menjadi lebih baik dan mampu berprestasi
dalam tataran Internasional. Bukankah selama PSSI di belakangnya ada
huruf I yang merupakan representasi dari Indonesia , PSSI masih milik
rakyat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar