Dunia
akademis dan intelijen selama bertahun-tahun telah memperdebatkan
mengenai penyebab dari pemberontakan komunis di Malaya yang terjadi
pada tahun 1948-1960. Ada dua asumsi yang muncul untuk kasus
tersebut. Dua asumsi dasar mengenai pemberontakan komunis di Malaya
yang pertama adalah bahwa gerakan ini dipengaruhi oleh gerakan
revolusi global yang didalangi oleh ideology komunis Uni Soviet ,
sebagai bagian dari pereng dingin yang berkembang pada masa itu.
Apakah begitu?. Kemudian pertanyaan atau asumsi yang kedua adalah
apakah pengaruh situasi loal yang berkecamuk di Malaya sebagai
satu-satunya penyebab?. Ataukah campuran keduanya?
Untuk
pertanyaan yang pertama didasarkan pada keadaan bahwa dunia telah
terbagi atau terpolarisasi menjadi dua kubu besar yang berlawanan.
Yang pertama adalah kubu Komunis yang dipimpin oleh Soviet. Kubu yang
kedua adalah Negara – Negara kapitalis barat yang dipimpin oleh
Amerika Serikat. Keadaan ini mendorong Soviet untuk melakukan
pendekatan-pendekatan dengan Negara-negara dunia ketiga, menggunakan
cara menyokong partai-partai komunis di Negara-negara tersebut untuk
melakukan pemberontakan atau revolusi. Dengan keadaan kuatnya
cengkraman pemerintah kolonial terhadap Negara-negara di Asia
Tenggara menyebabkan adanya celah untuk penetrasi ideology komunis
yang dilakukan Soviet. Hal ini dibuktikan dengan adanya konferensi
Kalkuta yang mengundang perwakilan partai komunis yang ada di Asia
Tenggara. Dengan misi melawan pemerintahan kolonial yang sangat
kejam. Konferensi ini dihadiri oleh delegasi partai komunis dari
Vitnam, Indonesia, Srilanka, Burma, India , Pakistan, Nepal,
Filipina, dan Malaya. Sedangkan para pengamat berasala dari
Australia, Korea, Mongolia, Yugoslavia, Prancis, Hungaria, Kanada,
Cekoslovakia, dan Soviet sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar