Jumat, 03 Mei 2013

Dari Road-Wit Menuju PSSI : Refleksi 83 Tahun PSSI




Oleh    : G. Nur Restu (Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah UGM)
            Olah raga Sepak bola telah hadir di kepulauan Nusantara ini sejak ratusan tahun silam. Bahkan sebelum Indonesia merdeka. Sepakbola sebagai olah raga modern mulai dimainkan di bumi pertiwi ketika kolonialisme Belanda menancamkan kukunya pada akhir abad VIII. Pada tahun 1894, klub sepakbola pertama kali yang muncul adalah Road-Wit atau merah putih. Road-wit sendiri merupakan tim sepak bola yang dibentuk oleh orang-orang Belanda.
            Selanjutnya , tepatnya dua tahun kemudian di tanah Jawa Timur , tepatnya kota Surabaya berdirilah klub sepak bola Victory. Victory adalah klub sepak bola yang didirikan oleh seorang Belanda yang bernama John Egdar. Dia adalah siswa yang sedang menuntut ilmu di HBS Surabaya. Semenjak itu tim-tim sepakbola kemudian bermunculan  di kota-kota yang menjadi basis kekuasaan pemerintah  kolonial. Klub-klub tersebut berbentuk bond-bond sepakbola.  Kemudian disusul dengan organisasi yang menanungi tim-tim tersebut dengan nama Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB).
            NIVB yang dalam bahasa sederhananya adalah PSSInya pemerintahan Hindia Belanda. Kalangan yang boleh bermain sepak bola dimonopoli oleh pemerintahan Kolonial. NIVB  kemudian membuat tournament rutin di wilayah Semarang, Surabaya, Bandung, dan Batavia (sekarang: Jakarta) setidaknya hingga tahun 1936.
            Disisi lain kelompok etnis Tionghoa tidak mau kalah dengan pemarintah Hindia Belanda yang memonopoli olahraga sepak bola. Sebagai etnis yang tumbuh di wilayah Hindia Belanda kala itu merasakan ketidakadilan NIVB. Mereka akhirnya membuat perkumpulan-perkumpulan sepakbola. Tepatnya pada tahun 1927 menyepakati berdirinya Kampion wed Strijden Tiong Hoa   (CKTH). CKTH berfungsi menaungi perkumpulan-perkumpulan sepak bola atnis Tionghoa untuk mengadakan turnamen ataupun kompetisi. Kemudian CKTH pada tahun  1930 berganti nama menjadi Hwa Nan Voetbal Bond.  Hal itu semakin mengokohkan persepakbolaan Tionghoa di Hindia Belanda.
            Selanjutnya kalangan Bumiputera tidak mau ketinggalan. Dengan semangat nasionalisme dan anti penjajahan, kalangan bumi putera menggunakan sepak bola ssebagai media untuk memperjuangkan kemerdekaan.Maka dengan itu berdirilah PSSI . Tepatnya pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. Awalnya PSSI sendiri merupakan akronim dari Persatuan Sepak Raga Indonesia, ya memang kala itu istilah sepak raga lebih popular dari pada sepak bola. PSSI memulainya dengan enam anggotanya yaitu Yogyakarta, Solo, Madiun, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Dengan begitu organisasi sepak bola Bumiputera yang telah ada sebelumnya melebur kedalam PSSI.
            Ketua PSSI yang pertama adalah Ir Soeratin Sosrosugondo. Beliau menggelorakan semangat menentang monopoli sepakbola yang dilakukan pemerintahan Kolonial Belanda yang tak mau mengakomodasi eksistensi sepak bola Bumiputera.
            Ya, kini memang PSSI telah berusia matang. Usia 83 tahun yang dilalui melewati Track yang tidak mulus. Dalam rangkaian ulangtahun yang 83 ini, PSSI telah mengambil tema On The Track yang filosofinya adalah bahwa PSSI telah kembali kejalan yang benar. Semoga di ulang tahun yang ke 83 ini PSSI segera menyelesaikan PR-PRnya yang beitu banyak. Momentum ini jangan hanya digunakan sebagai perayaan-perayaan biasa. Seperti potong tumpeng dan makan-makan. Tapi harus digunakan sebagai tonggak kebangkitan Macan Asia. Selamat Ulang Tahun PSSI!
Daftar Pustaka :
Srie Agustina Palupi, Politik dan Sepak Bola,Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar