Teori
mengenai munculnya reaksi ketika adanya aksi kelihatan secara
gamblang berlaku untuk PSSI.Ketika PSSI dikuasai oleh dinasti Nurdin
Halid harus bubar melalui jalan yang sedikit tidak terhormat
merupakan refleksi dari hukum teori “aksi”. Ya, ketika itu PSSI
terus mendapat goyangan dari massa pendukung revolusi karena telah
membelot dari peraturan peraturan yang ada, dan hasilnya dinasti
Nurdin Halid harus bubar jalan. Angin segar berhembus kearah
sepakbola Indonesia, Kepengurusan di rombak melalui kongres yang
mengantar Johar Arifin bertahta di kursi nomor 1 dalam sepakbola
Indonesia.
Tapi
belum genap 6 bulan kepemimpinan, Djohar Arifin telah mengeluarkan
keputusan-keputusan yang seakan-akan berat sebelah. Dari blunder
pemecatan Riedl yang beralasan irasional, kepengurusan PSSI yang
gemuk hingga format kompetisi yang dalam satu bulan ini telah berubah
beberapa kali. Mungkin Djohar Arifin harus belajar dari sejarah,
kenapa? Kita tentu tahu ketika tahun 1965 Sukarno harus lengser
karena kolaborasi massa yang begitu dahsyat, kemudian digantikan
Suharto yang hadir mewakili kaum pembaharu pada masa itu. Suharto pun
harus lengser dengan cara yang sedikit tidak terhormat pula ketika
Reformasi 98.
Jika
Djohar mau belajar dari kasus dua orang Besar di Indonesia itu, maka
beliau pasti sadar bagaimana cara memimpin dengan arif dan bijaksana.
Toh, jika Djohar masih memimpin PSSI dengan cara seperti ini,tentu
beliau akan cepat lengser. Masyarakat sepakbola Indonesia mulai
cerdas dalam membaca dan menilai situasi untuk memberikan lampu merah
kepada Djohar.
Jikalau
Djohar mendengar suara rakyat sepakbola Indonesia, beliau pasti tahu
keinginan mereka sangat sederhana yaitu Indonesia berprestasi. Hal
yang sederhana bukan (?), Bukannya malah sibuk dengan urusan yang
menurut saya kurang penting. Bukankah selama PSS(I) dibelakangnya
masih ada huruf I-nya maka selama itu pula PSS(I) milik rakyat
Indonesia bukan milik para kapitalis yang memback up kepengurusan
sekarang. PSSI sekarang terkesan sebagai media balas dendam untuk
dinasti lawas
yang
telah lengser.
Para
petinggi PSSI tolong dengarkan suara masyarakat yang mencintai
sepakbola Indonesia untuk berprestasi, bukannya sibuk sendiri dengan
hal-hal yang malah akan menghancurkan sepakbola. Bangun
persepakbolaan Indonesia rasa masyarakat, kesampingkan kepentingan
golongan dan politis. Dan saya percaya anda bisa untuk melakukan hal
itu, kembalilah ke jalan yang benar. Bapak harus sadar dan tahu bahwa
masyarakat sepakbola Indonesia merindukan prestasi bukan konflik dan
manuver blunder.
Jika
Djohar tidak menjalankan tugasnya dengan baik,cepat atau lambat
kemimpinannya akan digoyang oleh suara masyarakat dan bukan tidak
mungkin ,masa kempemimpinannya yang belum berumur 1 tahun akan
mengalami reformasi seperti kasus yang menimpa Suharto pada tahun
1998. Masyarakat Indonesia menginginkan perbaikan bukan malah
perburukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar