Selasa, 19 Februari 2013

Sepak Bola rasa Masyarakat

Teori mengenai munculnya reaksi ketika adanya aksi kelihatan secara gamblang berlaku untuk PSSI.Ketika PSSI dikuasai oleh dinasti Nurdin Halid harus bubar melalui jalan yang sedikit tidak terhormat merupakan refleksi dari hukum teori “aksi”. Ya, ketika itu PSSI terus mendapat goyangan dari massa pendukung revolusi karena telah membelot dari peraturan peraturan yang ada, dan hasilnya dinasti Nurdin Halid harus bubar jalan. Angin segar berhembus kearah sepakbola Indonesia, Kepengurusan di rombak melalui kongres yang mengantar Johar Arifin bertahta di kursi nomor 1 dalam sepakbola Indonesia.
Tapi belum genap 6 bulan kepemimpinan, Djohar Arifin telah mengeluarkan keputusan-keputusan yang seakan-akan berat sebelah. Dari blunder pemecatan Riedl yang beralasan irasional, kepengurusan PSSI yang gemuk hingga format kompetisi yang dalam satu bulan ini telah berubah beberapa kali. Mungkin Djohar Arifin harus belajar dari sejarah, kenapa? Kita tentu tahu ketika tahun 1965 Sukarno harus lengser karena kolaborasi massa yang begitu dahsyat, kemudian digantikan Suharto yang hadir mewakili kaum pembaharu pada masa itu. Suharto pun harus lengser dengan cara yang sedikit tidak terhormat pula ketika Reformasi 98.
Jika Djohar mau belajar dari kasus dua orang Besar di Indonesia itu, maka beliau pasti sadar bagaimana cara memimpin dengan arif dan bijaksana. Toh, jika Djohar masih memimpin PSSI dengan cara seperti ini,tentu beliau akan cepat lengser. Masyarakat sepakbola Indonesia mulai cerdas dalam membaca dan menilai situasi untuk memberikan lampu merah kepada Djohar.
Jikalau Djohar mendengar suara rakyat sepakbola Indonesia, beliau pasti tahu keinginan mereka sangat sederhana yaitu Indonesia berprestasi. Hal yang sederhana bukan (?), Bukannya malah sibuk dengan urusan yang menurut saya kurang penting. Bukankah selama PSS(I) dibelakangnya masih ada huruf I-nya maka selama itu pula PSS(I) milik rakyat Indonesia bukan milik para kapitalis yang memback up kepengurusan sekarang. PSSI sekarang terkesan sebagai media balas dendam untuk dinasti lawas yang telah lengser.
Para petinggi PSSI tolong dengarkan suara masyarakat yang mencintai sepakbola Indonesia untuk berprestasi, bukannya sibuk sendiri dengan hal-hal yang malah akan menghancurkan sepakbola. Bangun persepakbolaan Indonesia rasa masyarakat, kesampingkan kepentingan golongan dan politis. Dan saya percaya anda bisa untuk melakukan hal itu, kembalilah ke jalan yang benar. Bapak harus sadar dan tahu bahwa masyarakat sepakbola Indonesia merindukan prestasi bukan konflik dan manuver blunder.
Jika Djohar tidak menjalankan tugasnya dengan baik,cepat atau lambat kemimpinannya akan digoyang oleh suara masyarakat dan bukan tidak mungkin ,masa kempemimpinannya yang belum berumur 1 tahun akan mengalami reformasi seperti kasus yang menimpa Suharto pada tahun 1998. Masyarakat Indonesia menginginkan perbaikan bukan malah perburukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar