Selasa, 19 Februari 2013

Mau Dibawa Kemana Para Pemain PON ?

Pekan Olahraga Nasional telah usai. Cabang Ssepakbola sebagai cabang yang palin favorit telah mendapatkan jawaranya. Tim Kalimantan Timur mampu menyabet medali emas setelah dalam partai final menggebuk tim kuat Sumatera Utara dengan skor tipis 1-0. Sejak wal memang pertandingan cabang olahraga sepakbola hadir dengan penuh gejolak. Dari kesimpansiuran peserta, jadwal yang molor, hingga penarikan sang pengadil lapangan oleh PSSI seakan melengkapi kompleksitas kekacauan ini. Untungnya wasit-wasit ISL didatangkan. Tapi toh, PSSI tetap menaruh para pemandu bakatnya di Riau hingga partai puncak.
Selanjutnya, Mau dibawa kemana para pemain muda berbakat nan penuh talenta yang telah unjuk gigi di Kota Air ini? . Mungkin kita bisa berkaca pada Olimpiade London yang digelar belum lama ini. Ada kesamaan antara PON dan Olimpiade. Keduanya merupakan event “multi olahraga” yang membedakannya hanyalah pada srata dan ruang lingkup (Spasial). Olimpiade London, khususnya cabang sepakbola yang dimenangkan oleh Meksiko telah menghasilkan bintang-bintang muda nan ciamik yang siap dilahap oleh pasar. Sebut saja Geovanni Dos Santos, Neymar, Jordi Alba, Dan Oscar. Sosok terakhir, pemain asal berhasil ini telah dipinang klub kaya raya Chelsea. Ya, disamping mendapatkan gelontoran materi, Oscar juga mendapatkan pengalaman untuk bermain dalam kompetisi kelas wahid. Hal itu bakal berimplikasi positif bagi Brasil yang kan berjuang menjuarai World Cup 2014. Sebelumnya, jauh kebelakang, Olimpiade selalu konsisten menghasilkan bintang-bintang sekelas Carlos Tevez, Lionel Messi,ataupun Fenando Torres.
Hal serupa juga terjadi pada gelaran sepakbola PON Riau kali ini. Bintang-bintang muda siap diditerima pasar sepakbola Indonesia. Munculnya sosok Aldaire Makatindu (Kaltim), Mucsit Arias (Riau), Muhammad Solih (Sumut), dan Nelson Along (Papua). Nama-nama yang disebut ini adalah sebagian kecil dari mutiara muda Indonesia. JIka mampu dkelola dan diolah secara benar dan siatematis, tidak heran jika mereka akan menjadi langganan garnisun timnas merah putih seperti Budi Sudarsono ataupun Okto maniani. Tapi bisa sebaliknya juga, mutiara ini bakal tenggelam, redup, dan kemudian hilang jika gejolak dalam tubuh sepakbola Indonesia masih seperti ini. Sama-sama mempertahankan keegoisannya,
Harusnya PSSI menggunakan PON ini sebagai momentum akbar untuk bangkit dari keterpurukan. Bukan malah semakin membuat sepak bola Indonesia rumit bak benang kusut. Penyatuan liga merupakan altenatif bijak dan legowo untuk mewadahi para jebolan PON riau ini merasakan atmosfer sepakbola professional. Agak cerah ketika muncul wacana tentang Liga Merah Putih. Kondisi kompetisi yang tunggal, konsisten dan kondusif merupakan kawah candradimuka yang baik untuk pemain muda. Dengan kondisi seperti itu, regenarasi dan pembibitan usia dini bisa diesbut berhasil.
Implikasi positifnya adalah Timnas merah putih.Negara merupakan puncak wadah dari pembibitan usia dini. Dalam posisi ini negara bakal memanen buahnya. Hasilnya adalah para pemain dari berbagai macam daerah yang siap disetorkan ketimnas. Niscaya dengan kondisi tersebut, Indonesia bakal memiliki tim nasional yang sangat kuat dan memiliki kedalaman tim.
Indonesia mungkin bisa belajar dari Argentina ketika menjuarai Olimpiade. Argentina mampu menjual dan memoles para bintang olimpiade pada tim-tim besar di Eropa. Sosok Carlos tevez dan Lionel Messi adalah contoh jebolan olimpiade. Untuk Indonesia setidaknya para pemain yang berlaga di PON setidaknya mampu menaikan nilai jual mereka untuk dilamar oleh tim-tim professional yang bermain dikancah nasional dari berbagai macam strata dan kasta. Banyak pemandu bakat yang bergentanyangan di PON untuk menemukan bintang-bintang muda.implikasinya positif sekali.
Harusnya PSSI sadar. Membuka lembaran baru setelah usai kompetisi, ditandatanganinya Mou, kemudian yang terakhir PON merupakan gerbong untuk mengejar negara-negara serumpun yang telah semakin jauh meninggalkan kita. PON Riau telah memberikan sinyal bahwa harapan telah dating dari generasi muda nan polos. Harapan akan kejayaan. Harapan akan prestasi. Jika para petinggi yang berkecimpung di lingkup sepakbola Indonesia masih seperti ini bisa saja bintang-bintang yang mulai bersinar itu akan redup. Masalahnya sederhana, kompetisi yang kurang kondusif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar