Ketika
singgasana kekuasaan sang Pemimpin Besar Revolusi telah mencapai
titik puncak kediktatorannya pada tahun 60an. Sehingga mengakibatkan
kondisi Negara dalam keadaan yang sangat korup. Maka kehadiran
kombinasi dan kolaborasi antara militer dengan mahasiswa menjadi
tandem
dan solusi yang sangat ampuh
untuk
mengulingkan serta mengimbangis kekuasaan sang Pemimpin Besar
Revolusi. Yah, Kemudahan akan suatu keadaan yang mampu
mengkombinasikan pemikiran antara militer dan mahasiswa didasari akan
satu visi yang sama yaitu menumbangkan system otoriter Sukarno.
Disisilain juga didasari dengan romatisme akan kejayaan masa lampau
dalam menentang kolonialisme merupakan bumbu penyatu yang manjur
untuk mengkombinasikan militer dan mahasiswa.
Namun
setelah pencapaian usaha yang diinginkan terealisasikan dengan hasil
terjungkalnya Sukarno dan naik tahta Raja Suharto untuk meduduki
kursi nomor satu di Indonesia masih jauh dari harapan. Salah satu
Indikatornya adalah ketika keberhasilan booming ekonomi hanya
dinikmati segelintir orang. Selain itu ditambah sifat egoisme militer
yang mendominasi kekuasaan ditopang dengan kultur otoriter ,
monolitik dan arah menuju kediktatoran. Hal tersebut menjadi sesuatu
yang melenceng sangat jauh dari tujuan awal. Tujuan awalnya yaitu
membentuk pemerintahan yang demokrasi,tetapi hasilnya hanya sebuah
ilusi demokrasi.
Kerjasama
antara militer dan mahasiswa akhirnya tidak bertahan lama. Tradisi
berpikir kritis mahasiswa merupakan jalan yang tidak bisa
dikompromikan dengan militer pada era 70an. Militer hadir dengan
kecenderungan lebih sentralistik kearah kekuasaan, kiranya kurang
sreg
dengan
tradisi berpikir kritis mahasiswa. Hasilnya mudah ditebak, perceraian
militer-mahasiswa tidak dapat dihindarkan dalam keadaan yang serba
bertolak belakang. Ketika kritik mahasiswa dianggap sebagai sesuatu
tindakan yang oposisi dan mengancam jalannya kekuasaan. Hal lain yang
juga berpengaruh dalam renggangya hubungan militer mahasiswa, dengan
semakin menurunnya pamor golongan militer-intelektual yang kemudian
digantikan oleh para alumni akademi militer memiliki pengaruh yang
signifikan.
Setelah
perceraian itu terjadi, maka militer dengan haknya mulai mengebiri
kekritisan mahasiswa dengan gagasan back to campus dan system
pendidikan dikampuspun berubah dengan berbagai macam kegiatan yang
sangat menyita tenaga dan pikiran mahasiswa yang bertujuan untuk
mengurangi daya kekritisan mahasiswa. Namun sosok mahasiwa dengan a
la
penggalan lagu Rhoma Irama – darah muda darah yang berapi-api –
mahasiswa tetap hadir sebagai sosok yang memperjuangkan kebenaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar