Selasa, 19 Februari 2013

Kawan Beda Tujuan

Ketika singgasana kekuasaan sang Pemimpin Besar Revolusi telah mencapai titik puncak kediktatorannya pada tahun 60an. Sehingga mengakibatkan kondisi Negara dalam keadaan yang sangat korup. Maka kehadiran kombinasi dan kolaborasi antara militer dengan mahasiswa menjadi tandem dan solusi yang sangat ampuh untuk mengulingkan serta mengimbangis kekuasaan sang Pemimpin Besar Revolusi. Yah, Kemudahan akan suatu keadaan yang mampu mengkombinasikan pemikiran antara militer dan mahasiswa didasari akan satu visi yang sama yaitu menumbangkan system otoriter Sukarno. Disisilain juga didasari dengan romatisme akan kejayaan masa lampau dalam menentang kolonialisme merupakan bumbu penyatu yang manjur untuk mengkombinasikan militer dan mahasiswa.
Namun setelah pencapaian usaha yang diinginkan terealisasikan dengan hasil terjungkalnya Sukarno dan naik tahta Raja Suharto untuk meduduki kursi nomor satu di Indonesia masih jauh dari harapan. Salah satu Indikatornya adalah ketika keberhasilan booming ekonomi hanya dinikmati segelintir orang. Selain itu ditambah sifat egoisme militer yang mendominasi kekuasaan ditopang dengan kultur otoriter , monolitik dan arah menuju kediktatoran. Hal tersebut menjadi sesuatu yang melenceng sangat jauh dari tujuan awal. Tujuan awalnya yaitu membentuk pemerintahan yang demokrasi,tetapi hasilnya hanya sebuah ilusi demokrasi.
Kerjasama antara militer dan mahasiswa akhirnya tidak bertahan lama. Tradisi berpikir kritis mahasiswa merupakan jalan yang tidak bisa dikompromikan dengan militer pada era 70an. Militer hadir dengan kecenderungan lebih sentralistik kearah kekuasaan, kiranya kurang sreg dengan tradisi berpikir kritis mahasiswa. Hasilnya mudah ditebak, perceraian militer-mahasiswa tidak dapat dihindarkan dalam keadaan yang serba bertolak belakang. Ketika kritik mahasiswa dianggap sebagai sesuatu tindakan yang oposisi dan mengancam jalannya kekuasaan. Hal lain yang juga berpengaruh dalam renggangya hubungan militer mahasiswa, dengan semakin menurunnya pamor golongan militer-intelektual yang kemudian digantikan oleh para alumni akademi militer memiliki pengaruh yang signifikan.
Setelah perceraian itu terjadi, maka militer dengan haknya mulai mengebiri kekritisan mahasiswa dengan gagasan back to campus dan system pendidikan dikampuspun berubah dengan berbagai macam kegiatan yang sangat menyita tenaga dan pikiran mahasiswa yang bertujuan untuk mengurangi daya kekritisan mahasiswa. Namun sosok mahasiwa dengan a la penggalan lagu Rhoma Irama – darah muda darah yang berapi-api – mahasiswa tetap hadir sebagai sosok yang memperjuangkan kebenaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar