Selasa, 19 Februari 2013

“Berburu Candi”


Yogyakarta, 23 Oktober 2012.
Sebenarnya aku tak biasa untuk menuliskan semua aktivitas dalam goresan pena maupun “tekanan” tombol-tombol keyboard. Tapi malam ini entah kenapa aku sangat ingin membagi kisahku dengan kalian. Mungkin cerita ini kalian anggap tidak penting, hehehe. Tapi tak ada salahnya to aku berbagi dengan njenengan-njenengan sekalian. Oke tak perlu berpanjang-panjang ria aku kan segera memulainya. Cekidoooooooooot guyyyyyyyyys. (guys merupakan kosakata yang beitu populer ketika aku kuliah, hihihi :P)
Pagi ini, ketika jarum jam belum menjamah pukul setengah delapan pagi. Kau telah memarkirkan motor Honda Karisma yang konon katanya membuat penunggangnya memancarkan karisma dirinya, (hahaha) di daerah Piyungan. Ya, hari ini aku sengaja meninggalkan atau cuti sehari ubtuk tidak bergumul dengan sapi-sapi mbahku. Karena hari ini kau akan menjemput dek pacar tercintaaaaaaaaaah :* . Memang tak sperti biasanya , hari ini kami punya niatan untuk bersilahturahmi ke Candi UII. Memang kami berdua ini terbilang pasangan nyleneh yang punya hobi nyeleneh pula. Dari blusukan mencari mie ayam di pelosok-pelosok nusantara, hingga memburu trumpukan batu yang bernam candi.
Tepat jam 8 pagi WIB, dek pacar telah sampai tak kusadari. Dia hanya sms yang berbunyi sperti ini “Liat Barat” untuk menunjukan bahwa dirinya telah hadir disebelah baratku, kira-kira dalam radius 7m, hehehe. Ya, memnag tak biasa dia sms seperti itu. Malam harinya sebelum kita ketemu, kita memang sedang ngambekan karena aku ketiduran dan tidak membalas smsnya. Tapi yang namanya ciinttttaa, pagi itu pun ngambenknya dia luluh setelah aku boncengin dengan Honda karisma yang sudah paruh baya dan kadang terbantuk-bantuk dijalan. Maklum motor rakitan tahun 2003 yang juarang banget dirumat si empunya.
Kami meluncur perlahan tapi pasti menuju soto langganan kami didaerah Rejowinagun. Seperti biasa kami memesan dua soto, dua gorengan, satu sate usus. Dan yang anehnya dek pacar Cuma memesan satu gelas teh anget. Ketika saya tanyakan kenapa hanya memesan satu, jawabnya sederhana : “Aku udah bawa minum sendiri “ versi bahasa Indonesia. Eeeee ternyat ketika selesai makan the angetku tetep diserobotnya, jadi kita romatis, minum satu gelas berdua. Xixixixi
Kenyang makan. Kau kembali memcau karismaku menuju kampus, tepatnya disekolah vokasi, untuk mengantar dek pacar ujian tengah semester. Sialnya nyampe kampus aku lupa bawa KIK (semcam kartu tanda bahwa sepeda motor boleh keluar masuk kampus UGM tanpa hatus bayar sewu). Terpaksa kami harus parkir agak jauhan dari ruang ujian dia. Tapi tak apalah, jika dilalui berdua teteup romantis. :P
Singkat cerita, dek pacar udah selesai ujian dan kami langsung cabut keutara membelah jalan kaliurang yang padat akan lalu lalang kendaraan. Sekitar jam 11 siang, kami nyampe UII, sialnya dan gobloknya candi itu berada di areal perpus UII dan terpampang bahwa ynag menggunakan kaos dan sandal DILARANG MASUK !. Dan ketika itu kami memenuhi persyaratan untuk dilarang masuk ke perpus. Soalnya kami memakai kaos oblong bertajuk couple yang bergambar arjuna dan srikandi dan sandal gunung merk eiger yang saya rasa bertaju couple juga. Karena niat awal kami adalah ngreyen keduanya. Alhasil kami hanya melihat dari luar pagar dan berphoto-photo ria dengan sedikit menyesal.
Ketika duduk istirahat di depan pintu perpus UII, kami berngobrol-ngobrol ria dan disepakati untuk lanjut mengunjungi candi Kalasan. Tanpa berpikir panjang kami memacu karisma kearah kampus untuk Sholat dan makan siang. Eitss kali ini kita gak jajan mie ayam lagi tapi nyoba-nyoba buat jajan di Mirota Café. Dan Alhasil kami makan, makanan yang engga biasa kami makan. Rasanya bisa dibilang lumayaaaan lah . sushi dan chicken tempura ditemani lemontea, dan kopi panas (neg ra salah).
Kenyang makan kami langsung memacu si karisma kearah timur propinsi Yogyakarta. Setelah 30 menit perjalanan kami akhitnya nyampe ke Candi kalasan walaupun sempat geblandang 300 meter. Dengan membayar 4000 rupiah kita berdua serasa menjadi pemiliki candi itu, lha wong sepi banget. Yang ada hanya para petugas pembersih candi dan satu turis Thailand yang bernama seri na (kalo engga salah sih). Dek pacar yang agak fasih berbahasa Inggris mencoba bercuap-cuap dengan si turis, dan aku hanya bisa mengangguk-ngangguk sok tau seolah ngerti yang mereka omongin. (padahal engga dong, hehehe). Setelah ngobrol yang lumayan lama, naga-naganya si turis menawarkan tumpangan mobil, tapi apa daya kami telah membawa si karisma. Di Candi Kalasan, dek pacar begitu sangat tertarik dengan situs candi itu. Aku rasa di lebih kritis dari pada diriku yang nota bene anak jurusan sejarah yang konon katanya calon sejarawan. Hehehe. Dia Tanya ini itu kepadaku dan aku berusaha menjawab sebisanya walaupun kadang-kadang ada yang engga aku ketahui. Selesai menjamahi candi dan berpoto-poto ria kami melanjutkan perjalanan ke candi Sambi Sari.
Di Candi Sari . aku begitu takjub dengan kebesaran tuhan, dimana pernah ada sebuah musibah besar yang mampu mengubur peradaban kala itu. Candi Sambi sari merupakan salah Candi yang menjadi korban keganasan Merapi, candi itu sekarang seakan berada di sebuah cekungan yang lumayan dalam. Nah disini lagi-lagi kami dibuat takjub dengan benda yang namanya lingga yoni, hehehe. Memang sih, diesmua candi yang pernah kita kunjungi kami selalu menaruh perhatian lebih terhadap lingga yoni. Nah kita disini kita mendapat guide kecil alias anak-anak yang tinggal disekitar areal candi. Ada hal yang membuat terpana ketika anak-anak itu dengan antusias menjelaskan seluk beluk candi. Dan mereka malah lebih hafal arca-atca yang ada di situ daipada saya yang konon katanya sejarawan. Malu bercampur bangga. Hehehe
Pukul setengah 4 sore. Setelah dirasa cukup kami meninggalkan Sambi Sari untuk pulang. Tapi dalam perjalanan pulang kita mampir kesebuah situs yang bernama gua Sentana. Letaknya diwilayah Piyungan dan tak jauh dari wilayah yang beberapa saat yang lalu pernah booming denga Corp Circlenya. Hehehe. Situs ini kecil dan kurang terawatt, akses menuju situs ini juga masih jalan yang tidak beraspal. Aku rasa ketika musim hujan jalanan ini berubah menjadi genangan lumpur. Miris sekali. Sesampainya disitus kami mendapati goa kecil yang lagi-lagi didalamnya terdapat lingga yoni dengan ditemani relief arca yang kurang nampak jelas. Tapi aku rasa situs ini tidak diperhatikan oleh pemerintah. Mengenaskan.
Disini pula perjalanan memburu candi pada hari ini berakhir. Kami memacu si Karisma perlahan tetapi pasti menuju Piyungan dan kembali pulang kerumah masing-masing. Kami harap dilain waktu bisa menjamah candi-candi lain di sekitar Nusantara dan bisa berbagi melalui tulisan. Amien. :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar