Rabu, 09 Februari 2011

Kerajaan Surakarta

LINGKUP GEOGRAFIS Kerajaan Surakarta merupakan suksesi dari Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II dengan ibu kota di Sala ( Solo) . Mataram terpecah karena perjanjian Giyanti. Perpecahan tersebut mengakibatkan matram terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Kasunanan di Surakarta dan Kasultanan di Yogyakarta. Efek dari Perjanjian Giyanti memberikan sumbangsih terhadap pemerintahan colonial karena sesecara politis maupun ekonomis Surakarta dan Yoguakarta merupakan pusat kegiatan. Surakarta yang terletak di timur Yogyakarta tersebut merupakan kraton yan baru karena kraton yang lama yaitu Kartasura mengalami kehancuran akibat kebajaran hal ini dapat dikatakan pralaya menurut mitologi jawa. Hijrahnya Kraton dari kartasura menuju Surakarta merupakan imbas dari kebiasaan Jawa. Jika suatu Kraton mengalami pralaya yang sangat besar maka pusat pemerintahan harus dipindahkan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Kebiasaan tersebutsudah dilakukan Mataram Hindhu saat hijrah ke Jawa Timur akibat letusan Gunung Merapi. Nama Surakarta sebenarnya merupakan nama varian dari Jayakarta yang saat ini kita kenal dengan Jakarta. Hal tersebut merupakan realisasi dari cita-cita Paku Buwono II yang ingin mengimbangi Jayakrta sebagai pusat pemerintahan VOC. AWAL KERAJAAN SURAKARTA Kerajaan Kartasura (1680-1746) telah mengalami banyak pasang surut. Di dalam kraton banyak terjadi konflik-konflik sntsrs keluarga kerajaan. Sejak Amangkurat II bertahta, beliaupun bersengketa dengan Pangeran Puger, bahkan Pangeran Puger pun bersengketa dengan Amangkurat III. Pada masa ini Pangeran Puger mampu merebut kekuasaan dari tangan Amangkurat III dan memiliki gelar Paku Buwono I. Keberhasilan merebut kekuasaan tersebut tercipta karena Pangeran Puger mendapat bantuan dari kompeni . Hal ini menunjukan bahwa kompeni juga memiliki andil yang sangat besar dalm mencampuri urusan dalam kerajaan Mataram. Bukti tersebut menunjukan bahwa penjajahan yang terjadi di nusantara merupakan penjajahan yang di undang karena adanya kerjasama antara pemerintahan yang berkuasa dengan kompeni. Perebutan mahkota tersebut dalm sejarah tradisional jawa tercatat sebagai Perang Suksesi Jawa pertama. Perang suksesi kedua terjadi saat Pangeran Mangkunegara yang sekali lagi dengan dukungan kompeni mendapat ancaman dari Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar. Setelah Amangkurat IV wafat ,beliau digantikan oleh anaknya tanpa kesulitan. Pada masa kepemimpinan Suna Pkubuwono II terjadi perpecahan lagi di dalam istana. Perepecahan tersebutterjadi antara Pangeran Mangkunegara dan Mangkubumi. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya “geger pacina” (1740) yang menyebabkan pemberontakan di Kartasura. Pemberontakan itu mengakibatkan kerusakan yang sangat parah di pusat pemerintahan, sehingga sunan berkehendak untuk membangun kraton ditempat yang berbeda. Akhitnya Paku Buwana II memilih Surakarta sebagai pusat pemerintahan yang baru. KASUNANAN SURKARTA ADININGRAT PADABAD XVII-ABAD XIX Raja-Raja yang Berkuasa Sunan Paku Buwana II Selam pemerintahan yang berlangsung antara 1726-1749 kerajaan banyak mengalami serangan dari Sunan Kuning dan orang-orang Cina. Pemberontakan ini mengakibatkan Paku Buwono II melarikan diri yang secara otomatis membuat kraton dikuasai Sunan Kuning. Namun dengan bantuan kompeni Sunan Kuning dapat dipukul mundur dan kerajaan di ambil alih kembali oleh Paku Buwono II. Sunan Paku Buwono III Beliau merupakan keturunan asli dari Paku Buwono II. Paku Buwono III sering disebut dengan nama sunan Prabu.. Beliau naik tahta kerajaan pada 15 Desember 1749. Selama, pemerintahan PB III kerajaan Mataram mengalami perpecahan menjadi 2 yaitu Yogyakrta dan Surakarta melaui perjanjian Giyanti yang di mediatori oleh kompeni. Sunan Paku Buwono IV Sunan Paku Buwono IV merupakan putera dari PB III. Pada masa pemerintahan Paku Buwono IV dilakukan pemugaran Masjid Besar. Sunan Paku Buwono V Sunan Paku Buwono V memerintah hanya selama 3 tahun (1820-1823). Pad m,asa pemerintahannya beliau berkenan membasgi warisan kepada saudara saudaranya sehingga beliau dijuluki Sunan Sugih. Paku Buwono VI Paku Buwono VII Paku Buwono VIII Paku Buwono IX STRUKTUR BIROKRASI Raja memilki kedudukan central dalam mengatur birokrasi kerajaan. Orang yang mampu menjadi raja tentunya bukan orang biasa. Beliau merupakan Trahing Kusuma Rembesing Madu Wijining Atapa Tedaking Andara Warih ( Tturunan bunga, titisan madu, benih pertapa, turunan mulia). Raja juga begelar Susuhunan Paku Buwono Senapati Ingalaga Ngabdul Rahman Sayidin. Berdasarkan gelar tersebut komsep makrokosmos dan mikrokosmos dianut oleh sang raja. Raja merupakan pusat danterhoramat di dalam kerajaan, pusat masyarakat di dunia, kepala pemerintahan, panglima angkatan perang, dan penata agama. Hubungan raja yang terbentuk dengan rakyat merupakan konsepsi gusti dan kawulo. Rakyat sebgai kawulo wajib menyarahkan segalanya jika di inginkan oleh raja. SISTEM EKONOMI DAN PERDAGANGAN Sistem ekonomi pada masa kerajaan mataram khususnya Surakarta merupakan ekonomi perdagangan. Haltersebut terlihat dengan dominannya pengiriman beras ke Malaka, Aceh, Banten dll. Pendapatan kerajaan juga berasal dari pemungutan pajak Dari para kawulo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar